Djenar Mahesa Ayu adalah seorang pengarang wanita Indonesia yang oleh beberapa pihak disebut memegang mazhab sastra kelamin. Salah satu buku kumpulan cerpennya adalah buku yang berjudul jangan main-main (dengan kelaminmu).
Ada apa di dalam "jangan main-main (dengan kelaminmu)"?
Pertama yang hendak dibahas adalah cerpen yang juga menjadi judul buku ini, jangan main-main (dengan kelaminmu). Cara penyajian secara struktur adalah seperti penyajian ungkapan hati, isi hati tokoh yang dibuat menjadi blog per blog, dan mengalir linear. Secara ekspilsit ada empat orang tokoh di sini, yaitu saya, teman curhat saya, selingkuhan saya dan istri saya.
Dalam penyajiannya kita dapat melihat cara pandang dari satu tokoh ke tokoh saya sebagai sentral disajikan secara langsung dan tidak memakai pola baku. Hal ini sesuai dengan kata pengantar dari pihak penerbit, kritikus sastra yang menjelaskan bahwa sastra ini adalah sastra modern.
Dan inti ceritanya adalah sangat sederhana, si tokoh saya ini mulai beralih dari sang istri, setidaknya malas dengan body dan suara cempreng cerewet si istri. Akhirul khalam, si istri dan selingkuhannya meninggalkannya.... dan ia menyesal. Sederhana secara cerita, tapi tampaknya Djenar lebih banyak bermain di aspek struktural.
Tak layak rasanya bila kita membaca karya tanpa mencoba mencari isi yang terkandung. Hikmah yang didapat adalah: hati-hatilah dalam bermain dengan kelamin! kalau tidak ingin mengatakan jangan main-main dengan kelamin!
Kedua yang saya bedah adalah cerpen Djenar yang berjudul menyusu ayah. Dalam cerpen ini yang saya tangkap adalah tokoh utama, seorang gadis kecil, karena suatu hal menyukai melakukan oral sex dengan sahabat ayahnya, oral sex ini merupakan sesuatu kegiatan yang disukainya dan dilakukan dengan ikhlas. Dan ketika sahabat ayahnya melakukan hal yang lain- tabu atau pelecahan seksual dalam pandangan tokoh utama- maka si tokoh utama ini memberontak, ini tergambar ketika si teman ayah tidak hanya meminta dioral sex oleh tokoh utama tetapi mulai menggerayangi payudaranya dan bahkan pula mencoba melakukan intercours. Akhirnya terjadilah pemberontakan dengan memukul si sahabat ayah tadi dengan patung kepala kuda.
Inti dari cerpen ini adalah, wanita memiliki hak dalam jenis kegiatan seksual yang disukainya! dan memiliki cara pandang sendiri terhadap seksualitas dan pelecehan seksual. Dan selanjutnya ialah mungkin dia, Djenar si pengarang, mengharap pembacanya tidak hanya untuk melihat hak wanita dari segi kegiatan sexualitas saja, tetapi juga dibawa untuk aspek kehidupan sosial lainnya yang lebih luas.
Masih banyak cerpen lainnya, yang sebenarnya telah dipublikasikan di berbagai surat kabar dan majalah sebelum dibukukan. Saya kira selain aspek struktur, Djenar memang berniat untuk mengeksploitasi/mencari arti wanita dan kehidupannya untuk konteks sastra berirama seksualitas. Jenis sastra baru di masa lalu, tapi entahlah kalau dalam konteks kekinian, karena buku ini memang terbitnya sudah agak lama.
Data buku:
Diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama Januari 2004 dan cetakan ke empat pada Oktober 2004
Banyak halaman xii + 112