04/05/2008

Jostein Gaarder: Dunia Sophie, sebuah novel filsafat

Dalam kata pengantar dari penerbit untuk buku seri tokoh filsafat populer, mengupas Muhammad Iqbal, yang disusun oleh Dony Gahral Adian, dikatakan bahwa Filsafat ibarat rumah yang terdiri dari beberapa kamar yang terkunci rapat. Paling tidak ada tiga kamar besar: kamar pengetahuan, nilai dan “ada”. Masing-masing memiliki sub kamarnya sendiri-sendiri. Anda bisa bayangkan betapa luasnya rumah filsafat itu. Sebegitu luasnya hingga tak semua filosof sempat menjelajahi dan merasakan empuknya kasur di setiap kamar.

Sebangun dengan analogi di atas, dalam Dunia Sophie dikatakan: filsafat itu seperti seekor kelinci ditarik keluar dari topi pesulap. Karena ia adalah kelinci yang amat sangat besar, tipuannya perlu dipelajari selama ribuan tahun. Semua makhluk hidup dilahirkan di ujung setiap lembar bulu kelinci yang lembut, di mana mereka berada dalam posisi untuk mempertanyakan kemustahilan tipuan itu. Namun ketika mereka bertambah umur mereka sibuk menyelusup semakin dalam kebalik bulu-bulu itu. Dan di situlah mereka tinggal. Mereka merasa begitu nyaman sehingga mereka tidak mau mengambil resiko untuk memanjati kembali bulu-bulu halus itu. Hanya para filosof yang mau bersusah payah menjalani ekspedisi yang berbahaya itu. Sebagian diantara mereka jatuh bertumbangan, namun yang lain tetap bertahan mati-matian dan meneriaki orang-orang yang terbuai di tengah kelembutan yang nyaman, menjejali diri mereka dengan makanan dan minuman lezat.

Dalam Dunia Sophie, memang, melalui tokoh yang bernama Sophie Amundsend kita diajak untuk menjelajahi sejarah filsafat. Filsafat yang selama ini dipandang sebagai tinjauan yang angker, melangit dan kering. Tapi melalui novel ini, filsafat ditulis sedemikian rupa sehingga kita langsung dibawa masuk untuk menjelajahi dunia filsafat itu sendiri. Kita akan dibawa mengalir dan menikmati sejarah filsafat melalui cerita novel ini.

Ceritanya bermula dari Sophie menemukan sebuah surat yang berisikan pertanyaan: “Siapa Dirimu?”. “Aku” yang ditanyakan disini tampaknya bukan nama atau simbol-simbol yang tersematkan pada diri tapi dia meminta untuk dijawab dengan makna keeksistensian manusia. Pertanyaan ini begitu menarik hati Sophie Amundsend, sehingga menceburlah Sophie dalam pencarian filsafat. Dengan dituntun oleh Alberto Knox, seorang misterius yang memahami filsafat, Sophie mulai mengembara di dunia “pencinta ilmu”.

Dalam bab-bab selanjutnya pembaca, melalui Sophie dan Alberto Knox, dibawa untuk memahami berbagai pergantian dan perubahan pandangan mengenai kehidupan dan alam semesta, pandangan filsafat. Perubahan ini tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi dalam rentang waktu beribu tahun, dari era kepercayaan pada mitologi sampai filsafat kontemporer. Mulai dari Mitologi dengan mitos para dewanya, lalu ke Zaman Yunani dengan Socrates dan Platonya, lalu bergerak ke abad pertengahan sampai Zaman Renaisans dan Zaman Barok, lalu pembaca diajak lagi mencermati filsafat Hume, Locke, Spinoza dan Berkeley, lalu ke Zaman Pencerahan, Filsafat Kant, Romantisme dan materialisme Hegel, kemudian ke filsafat Mark, Darwin, Freud sampai pandangan filsafat mutahir di abad ini sendiri.
Dan sesuai dengan latar belakang pengarangnya, sejarah filsafat yang dicantumkan disini merupakan sejarah filsafat barat, sangat sedikit memasukkan pandangan filsafat ketimuran, yaitu hanya satu bab di bab tentang “Dua kebudayaan”, tetapi cukuplah bagi kita terutama sebagai orang timur yang memang perlu untuk mengetahui lebih banyak tentang pandangan belahan dunia barat. Tak kenal maka tak sayang kata orang.
Dan, memang sungguh menarik karena melalui novel, sejarah filsafat ini terasa menjadi benar-benar hal yang dialami manusia, bukan sekadar ilmu yang mengawang-awang.

Sayangnya, di akhir cerita Jostein Gaarder si pengarang mengambil kesimpulan berdasar subyektifitas pribadinya. Menurut saya sendiri akhir dari cerita ini tetaplah multi tafsir, belum menjadi fakta objektif sejarah filsafat, dan menjadi hak masing-masing pribadi untuk setuju atau tak setuju dengan pendapat si pengarang. By the way, buat anda-anda yang memang menyukai sejarah filsafat anda dapat juga membaca sejarah filsafat barat karya Berdnard Russel, yang sedemikian tebal itu…

Oh,iya… sedikit catatan. Anda tahu Radit Aditya si Kambing jantan? di profil friendsternya pada bagian pave book dia menyertakan buku ini dengan ditambahi keterangan: the bibble, alias kitab suci. Yah memang, bagi anda penyuka buku untuk membuka wawasan, buku ini memang wajib dibaca.

Judul : Dunia Sophie, sebuah novel filsafat
Pengarang : Jostein Gaarder
Penerbit : Mizan
Cetakan : XII, 2002
Buku : 553 hal, 20 cm