25/09/2010

TEMBANG DAHAGA ~ D. Zawawi Imrom

airmata langit yang menetes perlahan
menghindar dari mulut bunga
dengan setia dijatuhinya sebongkah batu
hingga tertulis prasasti
sejak kapan dimulai gelisah

lantaran apa bunga mengidap rasa dahaga
sedang cuaca tak pemah dusta ?
bunga meludah dan terus meludah
sampai langit sempurna merahnya

bulan terlentang kematian warna
tak kuat lagi memukul dahaga
ia menolak tetek cucunya


Puisi Oleh: D. Zawawi Imrom