Nabi bersabda, “Tuhan tidaklah memandang ke tubuh-tubuhmu: oleh karena itu dalam upayamu carilah si empunya Hati.”
Adalah karena Anugerah-Nya Tuhan memandangmu, bukan karena sujudmu dalam shalat maupun karena zakat.
Karena engkau menganggap semua hati seperti hatimu menjadi Hati, engkau meninggalkan pencarian akan mereka yang memilikinya-
Hati yang bila tujuh ratus Langit memasukinya, akan hilanglah mereka dan tersembunyi dari penglihatan.
Janganlah menyebut pecahan-pecahan hati sebagai ”Hati” ini: janganlah mencari Abu Bakr dalam diri Sabzawar!
Si empunya Hati adalah sebuah cermin bermuka enam; melaluinya Tuhan melihat segala sesuatu dari enam arah.
Apabila Tuhan menolak seseorang, adalah demi dia; dan apabila Dia menerima seseorang, adalah atas namanya.
Tuhan meletakkan Rahmat-Nya di atas telapak tangannya, dan telapak tangannya menyalurkannya ke seluruh tujuan Rahmat Tuhan.
Keutuhan Rahmat Semesta di atas telapak tangannya adalah lengkap, mutlak, dan sempurna.
Wahai orang yang kaya, apabila engkau mengajukan seratus karung emas kepada Tuhan, Dia akan berfirman, “Bawalah Hati sebagai kado bagi gerbang pintu-Ku:
Berilah Aku Hati yang menjadi Kutub dunia dan Jiwa dari jiwanya jiwa Adam!”
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. V, 869