Orang-orang Mu’min itu banyak, namun Iman itu hanya satu; tubuh mereka itu beraneka-ragam, namun jiwa mereka hanya satu.
Selain pengertian dan jiwa yang juga dimiliki sapi dan keledai, Manusia memiliki akal pikiran dan jiwa lain.
Lagi pula, pada diri pemilik nafas Ilahi, ada jiwa lain yang lain dari jiwa manusia.
Jiwa bintang tak memiliki kesatuan: jangan pula mencari kesatuan dari ruh halus itu.
Jika pemiliknya memakan roti, tetangganya tak merasa kenyang; tetangganya pun tak merasa terbebani, jika dia memikul beban;
Bahkan senang atas kematian tetangganya dan mati lantaran iri melihat tetangganya sejahtera.
Jiwa serigala dan anjing bercerai-berai; jiwa Singa-singa Tuhan berpadu menjadi satu.
Jiwa yang kubicarakan tentu saja jiwa mereka yang banyak, karena Jiwa yang tunggal itu ratusan kali banyaknya kalau dihubungkan dengan badan.
Sama seperti tunggalnya cahaya matahari di langit menjadi ratusan kali banyaknya bila menyentuh haaman rumah yang disinarinya;
Namun apabila kaupindahkan dinding-dinding, seluruh cahaya yang berpendar itu satu dan sama juga.
Apabila rumah jasmani tak memiliki fondasi yang tersisa, Orang-orang Mu’min tetap satu jiwa.
Puisi Oleh: Jalaludiin Rumi, Mas. IV, 408