Pendidikan dan karier
Subagio berpendidikan HIS di Bandung dan Jakarta, HBS, SMP, dan SMA di Yogyakarta, Fakultas Sastra UGM selesai tahun 1958, Universitas Yale tahun 1961-1966. Pernah menjabat Ketua Jurusan Bahasa Indonesia Kursus B-I di Yogyakarta (1954-1958), dosen Kesustraan Indonesia di Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM (1658-1961), dosen UNPAD, dosen SESKOAD keduanya di Bandung, dosen bahasa dan Kesusastraan Indonesia di Universitas Flinders, Adelaide, dan terakhir bekerja di Penerbit Balai Pustaka. Pada musim panas 1984, ia juga pernah menjadi seorang instruktur tamu di Universitas Ohio, dan mengajarkan bahasa Indonesia.
Karya
Sekitar tahun 1950-an, Subagio lebih menonjol sebagai pengarang cerpen daripada seorang penyair. Cerpennya yang berjudul Kejantanan di Sumbing pernah mendapatkan hadiah sebagai cerpen terbaik. Dalam cerpen dan sajak-sajaknya, banyak dilukiskan manusia yang gampang dirangsang oleh nafsunya. Manusia-manusia Subagio adalah manusia-manusia yang dalam mencoba mempertahankan kewajiban tergoda oleh sifat-sifat kedagingannya.
Puisi-puisi Subagio umumnya dipandang mempunyai bobot filosofis yang tinggi dan mendalam, dan tidak dapat ditafsirkan secara harfiah. Perumpamaan dan lambang digunakannya secara dewasa dan matang. Sajaknya yang berjudul Dan Kematian Makin Akrab memenangkan Hadiah Horison untuk sajak-sajak yang dimuat tahun 1966-1967, dan tahun 1970 mendapatkan Anugerah Seni dari Pemerintah RI untuk kumpulan sajaknya Daerah Perbatasan (1970).
Subagio juga terjun dalam dunia kritik dan telaah sastra. Esei-eseinya banyak yang mencoba menyelami latar persoalan manusia Indonesia sekarang secara jujur dan tajam.
Puisi
- Simphoni (1957)
- Daerah Perbatasan (1970)
- Keroncong Motinggo (1975)
- Buku Harian (1979)
- Hari dan Hara (1982)
- Kematian Makin Akrab (1995).
Kritik sastra
- Sastra Hindia Belanda dan Kita (1990)