Telah berlaku agaknya
Hukum leluhur, tapi
Janganlah beri nama nanti
Pahlawanku mati apa
Di akhir kisah.
Dengarlah
Cerita orang tua-tua
Kusampaikan pada pembaca
Di seluruh negeri ia terkenal
Juara Judi tak ada bandingannya
Selalu menang dan
Dimenangkan
Segala ucapannya
Tak ada yang berani
Tiada yang mau membantah
Terlebih ketika minum arak
Di kedai-kedai
Selain Juara Judi
Ia pemburu pula
Kalau bukan harimau,
Babi atau rusalah mangsanya
Ulung dalam tari
Membuat ukiran indah sekali
Serta memetik kecapi ....
Dan bila marah berbahaya serapahnya
Tapi dari segala korban
Isterinya yang paling menderita
Dua anaknya
Satunya putera satunya puteri
Tapi tak satu jadi kesukaannya
Kata orang, “Mana ‘kan pula,
Anak lahir, bapaknya di tempat judi.”
Tibalah saat puteranya akan dikawinkan
Halnya dirundingkan
Si putera: Aku masih terlalu muda.
Si Bapak: Kawinlah sesukami, asal jangan
perempuan buta.
Si Ibu: Kawinlah, Nak, baik ada temanku.
Adik perempuannya
Tak sepatah pun berkata.
Hatinya terbelah antara Ibu penyabar
Dan si Bapak yang kejam
Namun dicintai sepenuhnya hati.
Si putera akhirnya kawin
dengan gadis pilihan ibunya
Si Bapak mendongkol sejak semula
Karena bukan pilihannya
Tahun berganti tahun
Musim berganti musim
Juara Judi semakin tua
Puterinya pun dewasa
namun tak kunjung jodoh
Pula menantu ternyata mandul
Cucu diharap tak juga datang.
“Mana hanya satu anak laki
Menantu pilihan ibunya ternyata ladang mati
Mampus kau semua.”
Demikian kutuk Juara
Di saat pulang dari gelanggang judi.
Puteranya tak peduli
Putuskan pergi merantau
bersama isteri
Berkata pada ibunya;
“Tak akan aku pulang
Jangan aku ditunggu
Atau Bapak mati dulu.”
Tinggallah ibunya sendirian
ditemani adiknya
Tak ada yang meminangnya
Orang takut menghadapi bapaknya
Yang kini jarang kembali
asyik berburu di hutan berhari-hari
Menghindar gelannggang judi
diburu kenangan pada putera satunya
di rantau jauh
Di desa suatu ketika
sSampai kabar
Menantu mandul meninggal di rantau
Si Ibu yang menerima kabar
Menghempas badan ke lantai:
“Demikianlah nasibku
Kelahiranku yang kasip
Ditinggalkan orang hidup
Ditinggalkan orang mati.”
Puterinya yang diam di sampingnya
merasa sebatang kara
Juara lama tak pulang-pulang
Pindah ke desa lain
Kawin lagi
Harapkan anak laki pengganti
Penyambung keturunan
Sebelum ia mati
Juara mendapat tiga anak
Dari isteri barunya
Semua perempuan
Tak ada laki
Suatu hari
ketika sakit berat
Pawang yang diundang
berkata:
“Adakan pesta korban
Undang isteri pertama
begitu pula puterinya
Mintalah pengampunan mereka
demi leluhur.”
Dengan berat hati
Juara kirim pesan
Agar isteri dan puterinya datang
Lalu ia menanti
Pesuruh pun pulang
Bawa berita meragukan:
Hati Juara dirundung bimbang
Isteri dan puteri
Mungkin datang, mungkin tidak
ban biar lupa gundahnya
Juara pergi berburu
di hari anak-isterinya
dikabarkan tiba
Ia berburu di lereng gunung di hutan
di luar desa
Sepanjang hari
sampai sorenya
Menjelang malam
Di kampung ternyata anak-isterinya tiba
Tapi Juara tak tahu
asyik berburu rusa
Malamnyaia digotong
berlumuran darah
Katanya diterkam harimau
“Tak dapat lagi ditolong
Ajal menuntut sudah” – kata orang desa
Lalu ia dibaringkan
di tengah rumahnya dulu
di mana anak isterinya telah menunggu
Yang menyambutnya dengan kagu ratap:
“Kembali sudah, kembali juara
Juaraku pulang dari berburu rusa ....”
Pahlawan kita lalu mati
di pangkuan isteri yang ditinggalkan
Demikianlah desa kami
kehilangan pahlawannya.
1955
Puisi Oleh: Sitor Situmorang