Akhirnya lonceng menghisap erangan kami
Mataku yang bergerak pada sungai waktu
Diam-diam menghampiri ringkikan matahari
Aku membuat jalan antara takbir dan salam
Suara bintang-bintang dan talu bulan
Mencair dalam akar kediaman
Serulingku yang gelisah melantunkan musik laut
Mengibaskan cinta di atas batu yang dikhianati
Rinduku yang rapuh meluncur lagi
Dari sumbu dan minyak kehidupan
Di dinding ada kanvas berdebu
Dan Attar melepas burung-burung
Menuju do’a-do’a aku yang dihujani salak anjing
Shalatku adalah proses
Puisi Oleh: Rahmad Sanjaya