Ketika sinar kehidupan mengeluarkan kita dari kematiannya
Yang terdalam, tanpa sadar kemarau tempat kita berpijak
Menangis, anginpun bergetar menyambut suaramu
Mengapa kau sembunyikan imanmu. Sehabis berkata, tiba-
Tiba pucuk puncak lidah udara membelah mengungkung
Susuri ratusan kilometer kereta kemanusiaan
Yang tlah berlumpur dari kemiskinan ruang
Dan ketakutan yang bersembunyi di tubuh
Seperti mendung tengah berarak mendekati kegelapan
Tinggal satu detik! mari kita jemput desah-desah nafas
Kebebasan yang memanggil rindu. Kataku
Saat itu guguran air-mata mengejar sisa-sisa perjalanan
Yang kita tinggalkan, kemudian gelisah oleh sisa waktu
Mengusik paruh keagungan budaya
Puisi Oleh: E M Yogiswara