06/11/2010

GESSEN, RAHIB YANG RAKUS

Oleh: Anthony de Mello

Gessen itu seorang rahib Budha. Tetapi ia juga seniman
berbakat ulung. Sebelum ia mulai dengan melukis ia selalu
menuntut bayaran di muka. Dan upah ini besar luar biasa.
Maka ia dikenal sebagai rahib rakus.

Seorang geisha memanggil dia untuk menggambar. Gessen
berkata: "Kamu mau membayar berapa?" Perempuan itu kebetulan
melayani kekasih kaya di waktu itu. Ia berkata: "Apa saja
yang kamu minta. Tetapi lukisan harus dibuat sekarang di
hadapanku."

Gessen segera mulai bekerja dan ketika lukisan sudah
selesai, ia menuntut bayaran paling tinggi yang pernah ia
minta. Ketika Geisha itu memberikan uangnya, ia berkata
kepada kekasihnya. "Orang ini dianggap seorang rahib, tetapi
yang dipikirkan hanya uang. Bakatnya memang luar biasa,
tetapi pikirannya itu kotor, mata-duitan. Bagaimana orang
memamerkan lukisan orang berpikiran kotor seperti itu?
Karyanya itu baik untuk pakaian dalam bagiku."

Dengan itu ia melemparkan rok dalam kepadanya dan meminta
untuk menggambarkan lukisan padanya. Gessen bertanya seperti
biasa sebelum ia mulai dengan karyanya. "Kamu akan memberi
aku upah berapa?" "Oh, sebanyak yang kamu inginkan," kata
wanita itu. Gessen menyebut harganya, menggambarkan lukisan,
tanpa malu mengantongi uangnya, dan pergi.

Bertahun-tahun kemudian, ada seseorang yang menemukan
mengapa Gessen begitu rakus mengumpulkan uang. Bahaya
kelaparan kerap menimpa daerahnya. Orang kaya tidak perduli
menolong yang miskin. Maka Gessen menyuruh membangun
lumbung-lumbung rahasia di daerah itu dan mengisinya dengan
gandum bagi keadaan darurat. Tidak ada orang tahu, gandum
datang dari mana atau siapa penderma bagi wilayah itu.

Alasan lain, mengapa Gessen menginginkan uang itu: jalan
dari desanya menuju kota yang puluhan kilometer jauhnya.
Jalan itu dalam keadaan begitu jelek, hingga gerobag tidak
bisa berjalan di sana; hal ini menimbulkan banyak derita
bagi yang tua dan yang sakit, kalau mereka perlu pergi ke
kota. Maka Gessen menyuruh memperbaiki jalan.

Alasan terakhir adalah kuil untuk bermeditasi, yang selalu
dicita-citakan oleh guru Gessen, tetapi tidak dapat ia
laksanakan. Gessen membangun kuil itu sebagai tanda
terimakasih kepada guru yang dihormatinya.

Sesudah rahib rakus itu selesai membangun jalan, kuil dan
lumbung-lumbung, ia membuang cat dan kuas, kembali ke
gunung-gunung, untuk masuk dalam hidup berkontemplasi dan ia
tidak melukis lagi.

Perbuatan seseorang pada umumnya menunjukkan apa yang mau
ditafsirkan oleh pengamat.


Cerita di atas merupakan bagian dari kumpulan cerita Doa Sang Katak - Anthony de Mello, temukan selengkapnya di sini.