07/01/2014

Puisi-puisi Tentang Guru (Karya Acep Syahril)

Guru yang Tak Punya Malu

bertahun-tahun mereka belajar dari kalian guru yang selalu membuat
banyak kesalahan dan kelalaian guru yang kemudian membuat
murid-muridnya jadi malu pada dirinya sendiri kini kalian
semakin tak mereka mengerti padahal mereka tau kalian juga
sama seperti mereka hanya debu yang menempel di lidah waktu

lalu diam-diam mereka belajar dari kelalaian kalian tanpa semadi atau
menyepi dari keramaian tapi menyelam dalam lautan kalian berenang
berenung di dalamnya tanpa mencari tepian sembari bertanya pada
rasa malu itu

bertahun-tahun mereka belajar dari gurunya yang selalu membuat banyak
kesalahan dan kelalaian yang berlangsung seperti pemandangan pagi hari
di kebun teh disitu mereka juga belajar dari keramahannya yang ternyata
menyimpan banyak belahan dunia
ow terima kasih daun teh katanya kalian telah mengajarkan kami
untuk tidak melakukan kalalaian seperti yang diajarkan guru-guru kami
sebab ketika orang-orang di luar fikiran kami sibuk membungkus dunia
guru-guru kami malah sibuk membungkus diri sendiri

2011


Gurunya Digergaji Waktu

gurunya yang satu ini adalah pencari buku bekas dia hidup di setiap
pulau yang mengajarkannya cara merawat kasur dan kamar tidur serta membuatkan pekerjaan dan menyemprotkan minyak wangi ke tubuhnya meski sebenarnya dia lebih tertarik pada barang-barang bekas dingin malam dan angin terminal guru yang tak pernah lelah mengikuti jalan waktu dan nasibnya sungguh darinya dia banyak belajar dari rambutnya yang putus asa dan dari kakinya yang pernah menyimpan panjang harapan dia belajar untuk tidak menjadi sesat padanya dia belajar untuk tidak menjadi lupa padanya lalu diam-diam dia bersyukur walau menyayangkan sikap gurunya yang tak pernah mau belajar dari kebodohan yang bertahun-tahun terus digergaji waktu kini gurunya itu semakin hari semakin bertambah banyak dan semakin membuatnya bingung

dia tak habis fikir mengapa di negara ini guru dan murid sama banyaknya

2011


Guru yang Selalu Menyimpan Palu

semua orang tau guru kami bukan seorang tukang kayu meski setiap
saat hidupnya tak lepas dari palu kadang berkali-kali dia pukulkan palunya
ke meja dengan wajah hitam selain sering kami pergoki mengenakan lipstik
dan deodorant dengan penampilan menawan dihadapan para pesakitan
sehingga tak jarang guru lalai sampai lupa memukul tanganya sendiri
ketika beliau terbuai oleh imajinasinya dan melayang-layang ke suatu
tempat atau tertidur lelap di lajunya veyron fiat dan di mercedes benz
dengan rumah mewah yang sebentar lagi dia tempati bersama anak
istrinya semua orang tau guru kami bukan seorang tukang kayu tapi
di otak sebelah kirinya ada sebuah kantung yang dia siapkan untuk
menyimpan palu serta memastikan kalau besok masih selalu ada jadwal
baginya untuk membebaskan para maling negara yang bisa mengakses
hidupnya atau membunuh waktu si miskin dengan menjatuhkan palu
di mejanya demi memperpanjang kepercayaan negara pada dirinya
semua orang tau guru kami bukan seorang tukang kayu oleh karena itu
beliau tak bisa membedakan mana kayu mana besi dan mana batu
demi allah kami bersumpah tak mau sesat dan bejat seperti guru

2011


Guru yang Tak Mengerti Bumbu Dapur

guru kami ada karena dibutuhkan negara karena negara menginginkan
rasa aman lalu guru kami belajar memahami dan menyelesaikan tiap
persoalan tapi kadang mereka lupa bumbu dapur seprti kemiri buah pala
bunga lawang laos dan kapol mereka tau kembang gula tapi tak faham logika
padahal kami lebih menginginkan daun mengkudu karena sejak dulu
kami cuma minta dikirim keadilan tapi selalu saja mereka paketkan kecemasan
akhirnya kami marah pada negara tapi anehnya negara malah mengirim kami
ke penjara sungguh sebenarnya kami bingung karena guru kami kenyataannya
tak pernah mengajarkan kami untuk memiliki rasa aman dan sejak itu
kami tak mau celaka seperti guru

Indramayu 2011


Guru Belia yang Tertidur di Buku Sejarah

guru-guru belia itu hidup dan tertidur di buku-buku sejarah
bangsa lain yang kadang bermimpi dan mabuk lalu keluar dari
ruh sejarahnya sendiri berjingkrakan di diantara erangan musik
yang mengeluarkan bau bangkai gibson tapi aneh guru-guru
belia itu bangga menghisapnya padahal di paru-paru mereka
tidak hanya ada saman kunaun tortor atau krinok yang sejak lama
menidurkan puncak-puncak merapi sabang dan bukit siguntang namun
lucunya guru-guru belia itu kian hari semakin bertambah angkuh
dan bangga menciumi pantat babi sambil menari-nari dengan
mengibarkan keyakinannya dan berucap bangga
kami juga sama pandainya dengan mereka meski hanya dengan
menciplak meniru dan mencuri kehebatan mereka
koplok

guru-guru belia yang hanya bisa menghitung jumlah kancing baju
tapi tak pandai berfikir bagaimana kebudayaan bisa tercipta pada saat
kencing dan buang tinja meniduri bayi atau saat bersenggama

guru-guru muda yang hanya bisa menarik dan menurunkan rosleting
tapi tak pandai berfikir bagaimana ranjang bisa menerangi jagad
raya ah guru-guru belia yang hanya bisa memindahkan tumpukan
batu-bata tapi tak pandai mengasamkan tanah mencetak kembali
kepala syailendra atau jari-jari mpu gandring yang lama membusuk
di paru-parunya

ah guru-guru belia yang silau pada bau bangkai aku tak mau terjebak
seperti kamu yang tak pernah mau menyelami ruh bangsamu

2012


Puisi Karya: Acep Syahril

Kategori Puisi: Puisi Kritik Sosial



Acep Syahril lahir di desa cilimus, Kuningan, Jawa Barat, 25 November 1963, sekarang tinggal di blok Senerang Rt,02 Rw.06 nomor. 314 Desa Sudikampiran, Kecamatan Sliyeg - Indramayu, Jawa barat - Indonesia