Lagu rasa sayange yang saya kenal itu adalah:
rasa sayange
rasa sayang sayange...
e negri Ambon jauh rasa sayang sayange...
jalan-jalan ke kota paris
lihat rumah berbaris-baris
biar mati di ujung keris
asal dapat si nona manis
rasa sayange
rasa sayang sayange...
e negri Ambon jauh rasa sayang sayange
[pantun lagi]
[reff lagi]
[pantun lagi]
dst.....
Rasa sayange itu dapat dikatakan sebagai dendang penghubung antar pantun.
Dalam tradisi melayu ada pula dendang penghubung antar pantun yang dibawakan. Biasanya berbalas-balas pantun antara muda-mudi yang diiringi dengan petikan gitar tunggal. Acara ini masih dapat dilihat di daerah-daerah di Sumatra, mungkin di pelosok desanya. Dan namanya adalah "pantun bersahut". Sudah langka memang.....
Mengenai sahut-sahutan dalam lagu, sebenarnya kita masih punya permainan lagu seperti ini:
PA: Kosong-kosong, kosong-kosong... kosong-kosong saudara sekarang kosong apa... kosong apa saudara....
PI: Kosong botol, kosong botol... Kosong botol saudara sekarang botol apa... botol apa saudara...
PA: Botol kecap, botol kecap... Botol kecap saudara sekarang kecap apa... kecap apa saudara...
PI: Kecap manis, Kecap manis... Kecap manis saudara sekarang manis apa... manis apa saudara...
still remember?
Nah yang ini sering dinyanyikan dalam gaya sahut-sahutan. Biasanya dibagi menjadi dua kelompok untuk permainan "mengaitkan kata" dan bertujuan membawa keceriaan. Biasa dibawakan dalam lagu-lagu kepanduan seperti rasa sayange tadi dan gelang si patu gelang.....
yang terakhir disebut tadi bahkan ada "versi luarnya" dan sama persis!
Kemarin di salah satu tv swasta ada seorang dirjen yang mengatakan bahwa sulit membuktikan bahwa lagu rasa sayange itu asli made in orang Indon. Karya cipta yang sulit dilacak penciptanya ini menjadi apa yang dinamakan dengan "publik domain", kecuali kita berhasil memberikan bukti otentik. Jika tidak? apa kata dunia......
Hanya saja tampaknya yang lebih bisa dijadikan kontroversi itu ialah layak tidaknya untuk menggunakan jargon rasa sayange. Dulu pariwisata malaysia menggunakan jargon/slogan mengerikan: Truly Asia. Sekarang malaysia menggunakan slogan rasa sayang seolah hendak berkata kepada dunia: KAMI ADALAH NEGERI YANG MEMILIKI RASA SAYANG!!
(sebenarnya ada ketegasan dalam lagu yang ceria itu)
pantaskah Malaysia?
Nah kalau di Indonesia menggunakan slogan ini, apa jadinya? apa kata dunia.....
Dulu juga anak-anak kita dicekoki dengan slogan negeri ramah-tamah dan penuh sopan santun penduduknya, tapi gagal... (jika dilihat dari tayangan berita-berita televisi)
Apalagi jika kita mengklaim lagu sayang-sayangan tadi dari salah satu daerah di negri Indonesia... duh... lagu sehebat itu berasal dari daerah yang sempat berasap...
kalau soal lagu, Indonesia punya banyak, seperti:
"Berbisik-bisik raja klana.....
memuja pulau....
yang indah permai
tanah airku
Indonesia......."
Dulu sering didendangkan diakhir berita RRI, entah sekarang, karena saya jarang memantau.
Kalau mau menggali, akan banyak kita temukan pujian/ slogan/ jargon/ iklan yang hebat pada kebudayaan bangsa ini. Tapi beranikah kita mengatakannya pada dunia, udah siap mas? om-om mbak-mbak, nona-nona, bapak-bapak, tanteh-tanteh?
Sebaiknya berbenah diri dulu, baru hal-hal seperti ini diangkat.
Jika tidak? apa ya? kata dunia....