Membaca judul ini tentu sangatlah aneh. Sesuai dari sifatnya, dongeng adalah cerita yang memainkan imajinasi, kontras dengan novel-novel realistik. Dan dongeng karena merupakan karya imajinasi maka biasanya akan berakhir dengan bahagia, happy ending. Tokoh-tokohnya juga akan sangat imajinatif kaya bentuk dan sifat dan karakter. Itulah mengapa dongeng sangat pas dengan alam pikiran kanak-kanak.
Tapi ada satu dongeng yang mencolok. Dongeng yang berakhir tragis. Saya tak sedang mengolok-olok kehidupan yang karena saking tak realistiknya dalam pandangan sebagian orang (pembunuhannya, genosida, kecanggihan perangkat militernya atau kekejaman manusianya) bahkan disebut dongeng. Tapi yang saya ingin ceritakan di sini adalah dongeng sesungguhnya yang berujung tragis. Dongeng itu adalah dongeng yang berjudul: “Gadis penjual korek api”.
Benar-benar sampai sekarang saya tak mengerti. Saya menonton cerita ini di tv, waktu masih kanak-kanak, dan ceritanya masih lekat sampai sekarang. Pertanyaannya masih sama: “Mengapa tokoh utamanya mesti mati? Mengapa dongeng ini berbeda dari dongeng-dongeng yang lain?” tega benar Hans Christian Andersen.
Tapi ada satu dongeng yang mencolok. Dongeng yang berakhir tragis. Saya tak sedang mengolok-olok kehidupan yang karena saking tak realistiknya dalam pandangan sebagian orang (pembunuhannya, genosida, kecanggihan perangkat militernya atau kekejaman manusianya) bahkan disebut dongeng. Tapi yang saya ingin ceritakan di sini adalah dongeng sesungguhnya yang berujung tragis. Dongeng itu adalah dongeng yang berjudul: “Gadis penjual korek api”.
Benar-benar sampai sekarang saya tak mengerti. Saya menonton cerita ini di tv, waktu masih kanak-kanak, dan ceritanya masih lekat sampai sekarang. Pertanyaannya masih sama: “Mengapa tokoh utamanya mesti mati? Mengapa dongeng ini berbeda dari dongeng-dongeng yang lain?” tega benar Hans Christian Andersen.
“Mengapa dongeng itu tidak berakhir happy ending?”
Kalau tak salah saya mengingat alur ceritanya adalah (seingat saya saja):
Di malam Natal saat salju turun, ada seorang gadis kecil penjual korek api. Gadis ini kesepian, kedinginan, dan sendiri. Dia menyaksikan keluarga-keluarga penuh kehangatan dari luar jendela, tak ada satupun yang sudi membeli dagangannya (mustahil bukan keluarga yang notabane dipenuhi kehangatan dari tungku penghangat ruangan membeli secuil korek api).
Akhirnya dia menyalakan satu per satu korek apinya, nyala pertama ia mendapatkan gambaran makanan dan makan dengan lahapnya, tapi akhirnya korek api itu habis juga. Dia menyalakan yang kedua, dan mendapatkan gambaran kado-kado natal, korek api itupun habis juga. Dia menyalakan yang selanjutnya, dia bertemu teman-temannya. Begitulah selanjutnya, semua memberinya gambaran tentang kehangatan. Akhirnya korek api itu tinggallah sebatang, karena tak tahan kedinginan dinyalakannya pula, dan gambaran terakhir adalah seorang bidadari, ibunya, turun ke bumi, dia mendongak ke angkasa dan dengan ceria ia masuk ke dekapan ibunya…. Esoknya, gadis kecil itu ditemukan mati beku….