Sekian lamanya embun bertahan di pucuk daun kini terpelanting, pecah ke segala udara gelisah betapa beribu tahun penyair menanti makna puitik para setetes embun yang sanggup berembesan dalam segala kekeringan yang lama melanda di jiwa akan tetap tabah, berharap air memercik di hati nurani hingga mengalirnya harapan kehidupan menyadari
Seperangkat senyum yang selalu menggelantung di awang-uwung, telah terlempar ke padang gersang kemarau kemarin yang masih menyisakan jerit perih kini semakin saja memekikkan arsa yang ternyata terus hanyut dalam kesedihan demi kesedihan terseret duka lara yang sangat menyayat, betapa penyair tetap tabah pada kata yang berubah makna
Yogyakarta, 1997/1999
Puisi Oleh: Akhmad Sekhu