19/09/2010

HUJAN 1/2 JAM ~ Kurnia Effendi

Tetes terakhirnya tertinggal di genting apartemen Atap Merah:
Ketika itu kau menulis surat
Dengan kertas buram, pensil 2 B, huruf latin tegak
Mengingatkan aku pada jarum-jarum ilalang, setelah
ratusan acre ombak ladang gandum, dan burung-burung
yang diusir dengan berbagai tetabuhan
Dan kapas-kapas berhamburan dihembus angin
yang terlambat
Hari belum sore benar
Tapi percintaan telah sampai pada puncaknya
Sisa bunyi titik air menjelma detik --waktu yang perlahan menarik diri
Ranjang menjadi sunyi kembali. Rambutmu kusut,
bagai sprei yang terlihat dari balkon
Dan cuaca membeku di jendela
Ketika itu seluruh kalimatmu mengandung tanya:
Di bumi mana sebenarnya kita berpijak
(Hujan setengah jam telah memberikan banyak kisah, yang
sempat menyingkirkan beberapa reportase rutin)
Ketika itu, kau melipat surat dengan tergesa
Menulis sebuah alamat asing di atas sampulnya
Sementara itu, kita berjalan ke arah lain:
sebuah aliran waktu yang baru

Jakarta, 29 Desember 1997


Puisi Oleh: Kurnia Effendi