Suatu hari saya akan datang padamu dengan raut muka ramping berucap lembut dan tatapan lunak Sebelum berubah pikiran. Tentu Kami tak akan bicara banyak setelah letih berdiri dalam antrian panjang untuk mendapatkan seliter beras dan minyak. Tak akan! Bahkan hendak berhemat kata, karena suara serak, sehabis teriak di depan kantor tenaga kerja. Kami tiba-tiba tidak mengerti mengenai tata-krama menyampaikan aspirasi. Kami mendadak pandai mencaci-maki. Tapi dengarlah tangis bayi kami, ketika susu seolah menghilang dari muka bumi.
Namun kami cukup tenteram, karena para pemimpin masih memberi senyum setiap tampil di televisi. Sehingga kami ramai-ramai menyumbang emas keringat-airmata-darahkami. Dan wajib saling bahu-membahu untuk mengenal betul siapa lawan sesungguhnya.Ya. Tak seharusnya kami kehilangan akal.
Suatu hari saya akan datang padamu dengan gairah yang meletup-letup: bagai ribuan sirip api dan riuh bunyi gemerincing: mirip rantai pada kedua kaki
1998
Puisi Oleh: Kurnia Effendi