19/09/2010

MEMBACA ISYARATMU ~ Kurnia Effendi

Kita masih di ranjang yang sama, namun kudengar
cerita yang berbeda.
Desir halus seperti pisau yang mengiris,
dan kupanggil ia sebagai hati yang cemas
Mungkinkah: geraham waktu telah mengunyah seluruh
kenangan, lantas ditelan sirna oleh kesibukan?
Dan jalan panjang itu, seolah mulai ditumbuhi rumput liar
Tak terbaca lagi jejak kemarin, dulu, atau yang sangat lalu
Kekasih, kita masih di ranjang yang sama, namun kurasakan
ada detak jantung yang lain
Milik siapakah?
Sampai kini kau masih jujur, seperti air Niagara, hanya ingin terjun
dan tak hendak punya pilihan lain
Engkaulah, sebuah alasan untukku tetap setia pada janji depan altar
Engkaulah, sebuah alasan agar kupelihara bara cinta tetap menyala
Engkaulah, yang membuatku terbangun tiba-tiba, dan:
menangkap kesunyian tengah malam, lalu suara langkah kaki asing
mendekati mimpimu
Pernahkah terpikir olehmu, ingin kutangkap anak panah itu
Sebelum menghujam hatimu? Pernahkah?
Percayalah, kita masih di ranjang yang sama
Dan telah tiba waktu untuk menengok setapak yang pernah kita lalui
Mungkin panggilan kudus masa lalu membuat kita ingin pulang
Menuju bahtera yang disusun dari setiap elemen cinta
Menghayati (kembali) seluruh kisah yang kita miliki

1998


Puisi Oleh: Kurnia Effendi