06/12/2009

S. TAKDIR ALISJAHBANA

Lahir 11 Februari 1908 di Natal, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Setamat HKS Bandung (1928) dia ditempatkan di Palembang menjadi guru Schakelschool (Sekolah Sambungan). Kemudian pindah ke Balai Pustaka sebagai redaksi kepala (1930). Sambil bekerja (1937), dia mengikuti kuliah di Sekolah Hakim Tingga Jakarta, tamat 1942.

Dengan Amir Hamzah dan Arminj Pane, S. Takdir Alisjahbana mendirikan majalah Pujangga Baru (1933). Majalah ini dianggap punya pengaruh besar bagi pembaharuan kesusastraan Indonesia sebelum perang Dunia II. Di apun dianggap sebagai "jiwa Pujangga Baru yang penuh dinamika Karena tulisan-tulisannya yang gembira merambah jalan”.

Dia menulis puisi, novel, esei, kritik, filsafat, dan menerjemahkan karya-karya asing.
Buku-bukunya yang sudah terbit: Tak Putus Dirundung Malang (1929), Dian Yang Tak Kunjung Padam (1932), Anak Perawan di Sarang Penyamun (1941), Tebaran Mega (1936), Layar Terkembang (1936), Pembimbing ke Alam Filsafat (1945), Puisi Baru (1946), Puisi Lama (1948), Tata Bahasa Baru Indonesia (1949), Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia (1957), Grotta Azzura 3 jilid (1970), Perjuangan Tanggung Jawab dalam Kesusastraan (1977), Kalah-Menang, Lagu Pemacu Otak (1978), dan lain-lain.

Terjemahannya: Nelayan di Lautan Utara (karya Pierre Loti), Nyanyian Hidup (karya Khrisnhamurti), Kurban Manusia (1943, Karya Tadayoshi Sakurai) terjemahan bersama Subadio Sastrosatomo.

Takdir juga pendiri dan rektor Universitas Nasional, Jakarta; menjadi anggota Akademi Jakarta. Dia pun mendirikan balai Seni Toyobungkah di Batur, Bali.