Tuhan memarahi Musa, berfirman, ”O kau yang telah melihat terbitnya bulan dari dadamu,
Kau yang telah Aku terangi dengan Cahaya-Ku! Aku adalah Tuhan, Aku sakit, kau tak datang menjenguk.
Musa menjawab, ”O Tuhan Yang Maha Tinggi, Engkau bebas dari cacat. Rahasia apakah ini? Jelaskan, O Tuan!”
Tuhan berfirman lagi kepadaya, ”Mengapa kau tak ramah bertanya tentang Aku ketika Aku sakit?”
Dia menjawab, ”O Tuan, Engkau tak pernah sakit. Aku tak paham: ungkapkan makna kata-kata-Mu itu.”
Tuhan berfirman, ”Ya; seorang hamba-Ku yang tersayang dan terpilih jatuh sakit. Aku-lah dia. Ingatlah baik-baik:
Kelemahannya adalah kelemahan-Ku, sakitnya adalah sakit-Ku.”
Siapa yang pernah duduk bersama Tuhan, biarkanlah dia duduk di hadapan Orang-orang Suci.
Jika engkau terpisah dari Mereka, engkau dalam kebinasaan, karena engkau hanya bagian tanpa keseluruhannya.
Siapapun yang di putuskan oleh Setan dari persahabatan mulia itu, takkan tertolong dan bakal binasa.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. II, 2156