31/01/2010

DUABELAS AJARAN INJIL

Sang musuh agama ’Isa menyusun duabelas Kitab Injil, masing-masing dari awal hingga akhir saling bertentangan.
Dalam kitab yang satu dia menjadikan asketisme dan puasa sebagai sumber penyesalan dan syarat keselamatan.
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”Asketisme adalah sia-sia di Jalan ini tiada keselamatan kecuali hanya melalui kasih-sayang.”
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”Baik pengekangan nafsumu maupun kasih-sayangmu menyatakan bahwa engkau menghubungkan kedua aktivitasmu ini dengan-Nya, Dia-lah Tujuan dari ibadahmu.
Selain tawakal dan pasrah sepenuhnya kepada Tuhan dalam kesengsaraan maupun kegembiraan, semuanya adalah kebohongan dan perangkap belaka.”
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”Engkau harus berbakti kepada Tuhan; gagasan tawakal kepada-Nya adalah mencurigakan.
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”Perintah-perintah dan larangan-larangan Tuhan itu bukan untuk dilaksanakan, melainkan hanya untuk menunjukkan ketidakmampuan kita untuk memenuhinya,
Sehingga kita dapat mengenal kelemahan kita dan mengakui kekuatan Yang Maha Kuasa.
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”Jangan pikirkan kelemahanmu: memikirkannya merupakan suatu perbuatan yang tidak berterima kasih. Hati-hatilah!
Pandanglah kekuatanmu dan ketahuilah bahwa Dia Yang Maha Mutlak yang memberikannya kepadamu.”
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”Lupakanlah keduanya: apapun yang mencakup pencerapan pancaindera adalah berhala.”
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”jangan padamkan kemampuan pencerapan pancaindera: ia dapat menerangi jalan menuju perenungan yang paling dalam.
Apabila engkau terlalu cepat membuang sensasi dan fantasi, kau akan memadamkan lampu penyatuan di tengah malam.”
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”Padamkanlah ia – jangan takut – agar engkau dapat ribuan kali lipat penglihatan sebagai gantinya;
Karena dengan memadamkannya, cahaya ruhmu bertambah tak terhingga: dengan mengorbankan kepentinganmu sendiri Layla (Kekasih)-mu menjadi Majnun (pencinta)-mu.”
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”Carilah seorang guru untuk mengajarimu: di antara berbagai sifat yang berasal dari leluhur engkau tidak akan menemukan pengetahuan melihat ke masa depan.”
Setiap golongan agama hanya meramalakan tujuan sebagaimana diri mereka memahaminya: akibatnya mereka jatuh menjadi tawanan ketakutan.
Untuk meramalkan tujuan tidaklah semudah menyilangkan kedua belah tangan: bila tidak, bagaimana bisa terdapat banyak ajaran yang berbeda?
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”Jadilah manusia, jangan menjadi hamba manusia! Ambillah jalanmu sendiri, jangan sibuk mengembara mencari seorang guru!”
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”Semua bentuk yang bermacam-macam itu hanya satu: siapapun yang melihatnya ganda adalah orang-orang yang matanya rusak.”
Dalam kitab lainnya dia berkata: ”Bagaimana seratus bisa menjadi satu? Dia yang beranggapan begitu sesungguhnya gila.”
Orang yang tidak paham akan kesucian ’Isa: dia bukanlah yang dikaruniai lautan kimia dari tong ’Isa,
Yang daripadanya pakaian dari seratus celupan akan muncul sederhana dan satu warna sebagaimana cahaya.


Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 463