Lampu-lampu itu berbeda, namun Cahaya itu sama: ia datang dari Atas.
Apabila engkau terus memandangi lampu, engkau akan bingung: karena akan muncul penampakan jumlah dan keragaman.
Tetapkanlah pandanganu pada Cahaya, dan engkau akan terlepas dari dualisme yang melekat pada tubuh yang terbatas.
Wahai engkau yang merupakan inti keberadaan, pertentangan diantara orang Muslim, Zoroaster dan Yahudi itu tergantung pada pendirian.
Beberapa orang India membawa seekor gajah, untuk mereka pertunjukan di kegelapan arena.
Karena melihatnya dengan mata tidak mungkin, maka setiap orang merabanya dengan telapak tangannya.
Tangan seseorang menyentuh belalainya: dia berkata, ”Binatang ini seperti pipa-air.”
Yang lain meraba telinganya: baginya makhluk ini tampak seperti sebuah kipas.
Yang lain memegang kakinya dan melukiskan gajah itu seperti bentuk sebuah pilar.
Yang lain mengusap punggungnya. ”Sesungguhnya,” katanya, ”gajah ini menyerupai sebuah singgasana.”
Setelah masing-masing memegang lilin, perbedaan pun hilang dari percakapan mereka.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. III, 1259