Kami dan wujud kami adalah bukan-wujud: Engkau-lah Yang Maha Mutlak yang tampil menyamar dalam kefanaan.
Yang menggerakkan kami adalah Rahmat-Mu: seluruh keberadaan kami adalah ciptaan-Mu.
Telah Engkau perlihatkan keindahan Wujud kepada ketiadaan, setelah Engkau buat ketiadaan jatuh cinta kepada-Mu.
Jangan jauhkan nikmat Karunia-Mu: jangan jauhkan pencuci mulut dan anggur serta cawan-Mu!
Namun jika Engkau jauhkan, siapakah yang akan mencegah-Mu? Adakah lukisan yang akan melawan pelukisnya?
Janganlah memandang kami, pandanglah pesona Cinta dan Kasih sayang-Mu sendiri!
Kami tiada: kami tidak menuntut; namun Keagungan-Mu mendengar doa diam kami dan memanggil kami menuju keberadaan.
Di hadapan Tuhan semua yang tak berdaya bagaikan kain sulaman di hadapan jarum.
Terkadang Dia buat gambar Setan terkdang Adam; terkadang Dia lukis kegembiraan, terkadang kesedihan.
Tidak seorang pun dapat mengangkat tangan ’tuk membela diri; tidak seorang pun berani mengucapkan sepatah kata pun tentang untung maupun rugi.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 602