Ibu membelah makanan dengan pahat cahaya
Lahirlah samudra di mata tuanya
Mengapungkan harapan yang telah cerai-berai
Saat bulan padam dan kapal pecah oleh badai
Ibu mengapur langit dalam kesenyapan
Dipakunya kalender tua itu di sana
Lantas nama-nama dilekatkan di setiap angka
Terpatah-patah aku membaca dalam bahasa purba
Dan namaMu-kah setia mendengarnya?
Di balik malam ibu mengunyah dendam dengan doa
Aku dipaksa menguburnya di samudera cinta
Diterangi cahaya yang dilepas sayap bintang
Seperti ibu, aku tenggelam dalam tangisan
Untuk terus mengagungkan namaMu
Puisi Oleh: Wowok Hesti Prabowo