04/11/2010

SEANDAINYA IA MENOLAK?

Oleh: Anthony de Mello

Samuel sedang tenggelam dalam kesedihan, dan tidak ada yang
dapat menyalahkan. Tuannya telah menyuruhnya keluar dari
rumahnya dan ia tidak tahu harus pergi ke mana. Tiba-tiba ia
melihat titik terang. Mungkin ia dapat hidup dengan teman
baiknya, Moshe. Pikiran ini sangat menenangkan hati Samuel,
sampai suatu pikiran lain datang di benaknya: "Apa yang
membuatmu begitu yakin bahwa Moshe akan memperbolehkanmu
tinggal di tempatnya?" "Mengapa tidak?" kata Samuel
menanggapi pikiran itu dengan sedikit bernafsu. "Sayalah
yang mendapatkan tempat di mana ia sekarang tinggal; sayalah
yang meminjaminya uang untuk membayar uang sewa selama enam
bulan pertama. Pastilah sekurang-kurangnya ia akan
memperbolehkan saya tinggal sekitar seminggu di rumahnya
kalau saya dalam kesulitan seperti ini."

Ini menenangkan hatinya, sampai sesudah makan malam pikiran
serupa datang lagi: "Seandainya dia menolak?" "Menolak?"
kata Samuel. "Demi Allah, mengapa ia sampai menolak? Segala
sesuatu yang dimilikinya adalah berkat jasa saya. Sayalah
yang mencarikan pekerjaan baginya; sayalah yang
memperkenalkannya kepada istrinya yang cantik yang sudah
melahirkan tiga anak yang begitu ia banggakan. Akankah ia
menolak membiarkan saya tinggal barang satu minggu di
rumahnya? Tidak mungkin! "

Ini menenangkan hatinya, sampai ia pergi tidur dan ternyata
ia tak dapat memejamkan mata karena pikiran lain datang
lagi, "Tetapi andaikan saja, andaikan saja ia menolak. Lalu
mau apa?" Ini sangat mengganggu Samuel. "Persetan, bagaimana
mungkin ia dapat menolak?" katanya dengan nada marah. "Orang
itu hari ini masih hidup karena jasa saya. Waktu ia masih
kecil saya menyelamatkannya ketika ia mau tenggelam. Akankah
ia menjadi orang yang begitu tidak tahu terima kasih dan
membiarkan saya di jalanan dalam musim dingin seperti ini?"

Namun pikiran itu terus datang saja. "Andaikan ..." Samuel
yang malang itu bergulat ciengan pertanyaan itu. Akhirnya ia
bangkit dari tempat tidurnya sekitar jam dua pagi, pergi ke
rumah Moshe dan membunyikan bel di rumahnya, panjang sekali.
Moshe yang masih setengah tidur itu membuka pintu dan
berkata setengah terkejut, "Samuel! Ada apa? Mengapa datang
kemari tengah malam seperti ini?" saat itu Samuel menjadi
sangat marah tidak dapat menahan diri dan berteriak, "Akan
saya katakan mengapa saya pergi ke sini pada tengah malam
seperti ini! Kalau kaupikir saya mau minta agar engkau
memperbolehkan saya tinggal barang sehari di rumahmu, engkau
keliru. Saya tidak mau berurusan denganmu, rumahmu, istrimu
atau keluargamu. Persetan dengan semua itu!" Setelah
mengucapkan kata-kata itu ia berbalik dan pergi.


Cerita di atas merupakan bagian dari kumpulan cerita Doa Sang Katak - Anthony de Mello, temukan selengkapnya di sini.