06/11/2010

SOYEN SHAKU TERTIDUR

Oleh: Anthony de Mello
 
Sang Guru Soyen Shaku wafat pada usia enam puluh satu tahun,
tetapi tidak sebelum ia menyelesaikan tugas yang diserahkan
kepadanya - ia mewariskan pengajaran yang lebih beragam dan
tinggi daripada sebagian terbesar guru-guru Zen. Diceritakan
bahwa murid-muridnya kadang-kadang tidur sesudah makan siang
karena merasa lesu dalam musim panas. Meskipun ia sendiri
tidak pernah membuang waktu barang satu menit pun, Soyen
tidak pernah mengatakan satu patah kata pun mengenai
kelemahan murid-muridnya ini.

Pada usia dua belas tahun? ia sudah mempelajari
ajaran-ajaran filsafat sekolah Tendai. Pada suatu hari di
musim panas, suhu begitu tinggi dan udara melelahkan,
sehingga Soyen yang masih kecil karena melihat bahwa gurunya
sedang pergi, menggeletak dan tidur pulas selama tiga jam.
Ia baru bangun karena terkejut, ketika ia mendengar gurunya
masuk. Namun sudah terlambat. Ia terbaring di lantai,
badannya membujur di depan pintu.

"Maafkan aku, maafkan aku," bisik gurunya yang dengan sangat
hormat melompati tubuh Soyen yang terbujur itu, seolah-olah
tubuh seorang tamu yang sangat terhormat. Sesudah itu Soyen
tidak pernah tidur lagi pada siang hari.


Cerita di atas merupakan bagian dari kumpulan cerita Doa Sang Katak - Anthony de Mello, temukan selengkapnya di sini.