Detik ini dia bertemu lagi dengan kata-kata. Kata-kata yang menemani hatinya. Aku pun terkekeh, begitu hebatnya setan telah mengebiri akalnya. Membagi separuh imajinasinya pada kegundahan tak berujung. Dia memincingkan hatinya. Berharap akan muncul dengan sendirinya kata-kata harapan. Yang akan menyelamatkan dirinya dari membunuh asanya sendiri. Aku terkekeh lagi, melihatnya terpincang. Menahan beban yang tampak semakin berat. Ahh dia memang bodoh. Kenapa aku mengatainya bodoh?
Karena dia sudah mematahkan arangnya sendiri. Ahh sungguh parodi penuh ironi. Dia mengunci imajinasinya dalam gelas kaca. Transparan, terlihat , tapi tak terjangkau. Dia hanyalah korban. Korban penjajahan dari rindu-rindu yang berduri. Sebenarnya aku tau,dia berusaha memecahkan gelas kaca itu. Tapi tali-tali tak tampak menahannya. Maka pada akhir katanya. Dia memaksakan menggoreskan kata harapan. Meskipun tetap saja, jarinya mengharu biru.
Aku terkekeh lagi.
Dasar memang,
Dia itu orang bodoh.
Kehilangan kepercayaan yang seyogyanya paten melekat pada dirinya itu.
Puisi Karya: Ufairah An'Nibras
Kategori Puisi: Puisi Motivasi