18/01/2014

Mari Bicara

Mari bicara..
Tak perlu bermuka masam seperti itu
Apalagi memasang muka sedih berlinang air mata
Kau fikir kau pemain sinetron yang tengah dianiaya ibu tirinya?
Sadarlah...
Kau hidup didunia nyata
Dan dunia nyata memang tak seindah kau fikirkan
Apa kau fikir dengan satu jenis perasaan, lalu takkan ada lagi kesedihan?
Cihh
Untukmu pun aku akan tertawa mengejek

Kau ingat satu kata ini? Satu kata yang berhubungan dan beranak pinak.

Keputusan

Sadarlah,
Kau sudah lancang memutuskan suatu hal yang bukan urusan sepele

Dari keputusan, berpasangan dengan konsistensi, lalu beranak konsekuensi

Keputusan itu keberanian
Konsistensi itu keharusan
Konsekuensi itu pertanggungjawaban

Lalu kenapa sekarang kau mangkir dengan konsekuensinya?
Cukup,
Sekarang aku ganti,
Mari dengarkan !!!

Janganlah jadi pengecut, hanya berkubang pada satu ketakutan

Jangan kau andalkan kelemahanmu itu
Sungguh,
Jika kau masih saja seperti itu,
Aku tidak hanya akan tertawa mengejek kepadamu
Aku akan menangisimu
Seakan-akan kau telah mati
Bener kan?
Coba berikan perbedaannya padaku

Bukalah matamu
Hapuslah air matamu
Kau memang bukan pemain sinetron
Jangankan dibayar, tangisanmu pun tak kan ada yang perduli

Bahagia itu mahal , untuk manusia sepertimu..
Bahagia tak semudah membalikkan telapak tangan
Meskipun kau dengan mudahnya menempelkan stiker smiley dibibirmu

Buka sajalah matamu
Buka sajalah fikiranmu
Buka sajalah hatimu

Masih banyak yang lebih menderita darimu
Meski hatimu terasa sedih ataupun sepi
Ada yang lebih pantas menangis darimu

Kau takkan pernah sendiri
Ada aku...


Puisi Karya: Ufairah An'Nibras

Kategori Puisi: Puisi Harapan / Asa