23/09/2007

M. Quraish Shihab: Dia Dimana-Mana, “tangan” Tuhan Dibalik Setiap Fenomena

“Tangan” di sub judul buku ini diberi tanda petik. Tentu saja hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kerancuan, tepatnya agar tidak terjadi anggapan pembadanan Tuhan. “Tangan” disini tampaknya lebih berfungsi untuk kata ganti bagi peranan. Jadi maksudnya, Tuhan memiliki andil di setiap fenomena kehidupan.
“ kalau kita merenung dan berpikir secara tulus dan benar, pasti kita akan menyadari bahwa Allah hadir dimana-mana. Kita dapat menemukannya di setiap saat dan tempat. Pengetahuan manusia dapat mengantarkannya kepada pengakuan tentang wujud dan kuasa-Nya.
Quraish Shihab juga menafsirkan QS. Al-fatir [35]: 28, kata ulama yang dimaksud di sini ( di surat tersebut) –sesuai dengan konteks dan uraian ayat-ayat sebelumnya- adalah mereka yang memperhatikan dan memahami kitab Tuhan Yang terhampar di alam raya. Mereka mengenalnya melalui ciptaanNya dengan melihat aneka kebijakanNya. Dari sini mereka takut serta kagum kepadaNya serta bertakwa dengan saebesar-besarnya.
Memasuki bagian isi, kita akan disodori tentang uraian bukti-bukti keberadaan Allah. Dilanjutkan dengan bahasan mengenai alam semesta, manusia, binatang serta tumbuh-tumbuhandan lain-lain.
Ingat uraian membaca ayat allah di alam semesta kita diingatkan dengan kata-kata M. Iqbal, “Socrates memusatkan perhatiannya pada dunia manusia semata. Alangkah berbeda dengan semangat Al-Quran, yang melihat pada lebah yang sederhana suatu penerima ilham Ilahi dan terus-menerus meminta kepada pembaca supaya mengamati perubahan angin yang terus menerus, pergantian siang dan malam, awan-awan, langit yang penuh bintang-bintang, dan planet-planet yang bergerak melintasi ruang yang tak bertepi! Sebagai seorang murit Socrates yang sejati, Plato memandang rendah pencerapan indrawi yang, menurut pandangannya semata-mata menghasilkan pendapat dan bukan pengetahuan yang sebenarnya. Berbeda dengan pandangan Al-quran yang memandang “pendengaran” dan “penglihatan” sebagai anugrah Ilahi yang sangat berharga dan menyatakan bahwa mereka harus bertanggung jawab kepada Tuhan atas kegiatan-kegiatan mereka di dunia ini. (M Iqbal, Rekonstruksi pemikiran agama dalam Islam). Dan pada bagian selanjutnya Iqbal juga menulis, “tujuan pokok al-Quran adalah untuk membangunkan dalam diri manusia suatu kesadaran yang lebih tinggi perihal berbagai macam hubungan dengan Tuhan dan alam semesta.”
Dalam Dia Dimana-mana, tampaknya Qurais Shihab mengajak pembacanya untuk melihat keteraturan alam semesta. Dan hukum-hukumnya yang saling melengkapi, serta keajaiban-keajaiban “sederhana”. Memang tampak sederhana kita dikarunia lima indra, tapi kita memiliki lima indra tersebut adalah suatu kemewahan dan keajaiban. Atau membangkitkan kesadaran ternyata kita ini sebenarnya “ada” dan menjadi bagian dari alam semesta yang demikian luas ini, ternyata manusia itu berpasang-pasangan, bisa bernafas, bisa menulis, bisa mendengar, dan bisa mengingat. Dan ternyata semua itu adalah hal yang “wah”. Mungkin hal seperti inilah yang ingin disampaikan oleh pak Quraish. Tetapi jelas semua disajikan dari sudut pandang al-Quran.
“Anda ingin melihat kebijaksanaan Tuhan? Camkan bagaimana Dia menciptalkan manusia tanpa harus banyak berpikir menyangkut ketersediaan udara yang dibutuhkan buat pernafasannya. Hanya setelah manusia melakukan pengrusakan di dunia dan pencemaran di udara, baru lahir pikiran tentang ketersediaan udara sehat. Seandainya manusia tidak merusak, maka sungguh tidak akan terpikirkan sama sekali soal udara dan pernafasan itu. Perhatikan juga bagaimana Dia Yang Maha Kuasa menjadikan kita bernafas, tanpa harus berfikir, seakan-akan pernafasan adalah sesuatu yang sangat murah sekaligus sangat mudah, walaupun pada hakikatnya ia amat rumit dan amat berharga.” (Quraish Shihab, halaman 202-203).
Tetapi sayang, pak Quraish Shihab belum membahas dari segi keburukan-keburukan dan ketidak teraturan yang terjadi di dunia ini, seperti pertanyaan-pertanyaan nyeleneh/ kadang dikatakan tabu tapi tak mustahil terbersit di benak, seperti: “Mengapa Tuhan menjadikan perang dan perpecahan antar umat manusia” atau “Mengapa terjadi bencana alam? Bukan kah itu hal mubadzir bagi manusia?” atau “Mengapa Tuhan memberikan potensi pengrusakan bagi manusi?” tentu semua memiliki jawabannya, setidaknya bagi mereka yang mampu menjawab. Tetapi mungkin karena konteks buku ini untuk pembaca luas, maka pola “tangan-tangan” Tuhan tadi agak dipersempit oleh pak Shihab ini.

Judul : Dia Dimana-mana, “tangan” Tuhan dibalik setiap fenomena
Pemngarang : M. Quraish Shihab
Penerbit : Lentera Hati
Cetakan : Pertama juli 2004, kedua mei 2005
Buku : 400 + iv hal ; 20,5 cm