Apa yang ada di benak anda ketika mendengar kata Kama Sutra? Mungkin pikiran anda terfokus pada satu hal: posisi atawa gaya. Dalam wikipedia, pada halaman disambiguasi, terdapat berbagai bahasan tentang Kama Sutra, diantaranya adalah Kama Sutra Internet Worm, Kama Sutra yang merupakan judul film, Kama Sutra yang merupakan dapur rekaman serta Kama Sutra anime porn jepang. Bukan semata-mata style atau position saja bukan?
Sebenarnya Kama Sutra itu tulisannya dipisah antara kama dan sutra-nya (bukan disambung sebagai Kamasutra) karena Kama itu memiliki arti tersendiri dan Sutra itu gampangnya diartikan sebagai kitab, mungkin hampir sama dengan budaya nusantara yang biasa bilang “serat” untuk kitab-kitab kuno. Jadi Kama Sutra bisa dikatakan sebagai kitab Kama. Dan Kama itu sendiri dalam bahasa sansekerta berarti keinginan, cinta kasih, kasih sayang, nafsu, kesenangan sensual dan sejenisnya. Dan merupakan salah satu dari empat tujuan kehidupan yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Jadi Kama Sutra itu sebenarnya adalah kitab mengenai Kama.
Buku Kama Sutra ini sebenarnya adalah buku yang cukup sakral. Dalam buku yang dicetak pertama kali pada tahun 1997 oleh Paramita Surabaya ini, kata sambutan berasal dari Departemen Agama Republik Indonesia direktorat jendral bimbingan masyarakat Hindu dan Budha, serta juga dari Parishada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Pada kata sambutan yang tertanggal juni 1997 oleh Drs. A.A. Gde Oka Netra, tertulis “Buku Kamasutra ini membahas hubungan sex bagi mereka yang berlainan jenis yang disebut sanggama. Sanggama ini menurut agama Hindu adalah sakral maka ia harus dilaksanakan berdasarkan Dharma. Hubungan sex secara sakral adalah sanggama yang dilaksanakan oleh suami istri yang sah menurut agama. Buku Kamasutra dapat dipelajari dengan pikiran yang jernih dan positif tentang sex dan bila buku ini dipelajari dengan pikiran kotor maka kita akan mendapatkan gambaran yang negatif tetang sanggama itu.”
Sedangkan Ketua III Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, Drs I Ketut Wiana dalam sambutannya menulis, “Kesalah pahaman kita tentang hubungan seks itu akan dapat menimbulkan kaburnya tujuan suci dari hubungan seks itu. Kalau seks hanya untuk rekreasi semata justru amat berbahaya bagi kelangsungan moral yang suci dalam kehidupan masyarakat. Mempelajari isi kitab Kama Sutra ini harus diawali dengan pikiran yang positif tentang seks sehingga ia akan memberikan wawasan yang benar kepada kita tentang seks.”
Buku Kama Sutra ini sendiri terdiri dari tujuh bagian. Bagian pertama berisikan hal-hal tentang masyarakat dan konsep sosial, yang terdiri atas lima bab. Bab pertama adalah pengantar, pada bab ini dijelaskan mengenai kitab Kama Sutra secara panjang lebar. Kemudian bab pendahuluan tentang pencarian Dharma, Artha dan Kama, kemudian tentang kajian terhadap 64 macam seni keterampilan, kemudian tentang penataan rumah tangga dan terakhir tentang penggolongan tentang wanita yang layak dan tak layak bergumul dengan warga.
Mungkin bagian paling menarik dan paling banyak dikutip dan dimodifikasi oleh sebagian orang adalah bagian kedua dari buku ini, karena bagian kedua ini berisikan bahasan tentang hubungan seksual. Bab pertama menampilkan jenis-jenis hubungan sesuai dengan dimensi, kekuatan, keinginan dan waktu juga tentang jenis-jenis cinta kasih yang berbeda-beda. Bab kedua berisikan tentang pelukan (rangkulan), bab ketiga tentang ciuman, selanjutnya bab keempat mengenai remasan atau isyarat menggunakan kuku, bab kelima tentang pangutan dan cara bercinta untuk diterapkan pada wanita dari negeri yang berbeda, bab keenam tentang bagaimana cara berbaring dan berbagai macam hubungan badan, bab ketujuh bagaimana cara menyerang dan tentang suara-suara yang cocok untuk mereka, bab kedelapan tentang wanita yang berperan sebagai laki-laki dan bab kesembilan tentang bagaimana memegang lingam di mulut dan yang terakhir bab kesepuluh adalah tentang bagaimana memulai dan mengakhiri hubungan badan serta rintihan cinta. Pada bagian ini dijelaskan bahwa bagian Kama Sastra yang membahas tentang hubungan seksual, juga disebut sebagai “Enampuluh empatan” (catusati), karena terdiri dari 8 subjek dan tiap-tiap subjek terdiri lagi 8 sub penjelasan sehingga menjadi 64 buah. Pada bagian ini juga akan ditemukan gambar ilustrasi pahatan dan sikap hubungan seksual.
Bagian selanjutnya yaitu bagian ketiga, memuat tentang pencarian seorang isteri. Masing-masing memuat pada bab pertama tentang pertunangan dan perkawinan, bab kedua penciptaan kepercayaan kepada gadis-gadis, bab ketiga tentang masa pacaran dan manifestasi dari perasaan dengan tanda-tanda dan perbuatan yang mengarah ke luar, selanjutnya bab keempat tentang hal-hal yang hanya boleh dilakukan oleh lelaki dan pencarian gadis dan bab kelima tentang bentuk-bentuk perkawinan tertentu.
Sedangkan pada bagian ke empat beriskan tentang istri seseorang, terdiri hanya dua bab yaitu tentang cara hidup wanita bijak serta kebiasaannya selama suaminya tidak berada di rumah dan tentang perilaku istri tertua dari suaminya dan tentang sikap istri muda terhadap istri yang lebih tua.
Pada bagian kelima berisikan tentang relasi dengan istri-istri orang lain, bagian ini sendiri terdiri atas lima bab, yaitu tentang ciri-ciri pria dan wanita dan alasan mengapa wanita menolak pria, tentang membuat perkenalan dengan wanita dan usaha untuk mendapatkannya, tentang penjajagan terhadap keadaan pikiran seorang wanita, tentang masalah perantara, tentang cinta kasih seseorang dalam otoritas sebagai istri orang lain dan tentang wanita dari harem raja.
Selanjutnya pada bagian ke enam berisikan mengenai tentang wanita penghibur kelas tinggi, bab pertama berisikan tentang wanita penghibur yang berlindng pada pria, bab kedua tentang kehidupan seorang wanita penghibur dengan seorang pria sebagai istrinya, bab keempat tentang pertemuan kembali dengan kekasih pertama, pada bab kelima tentang jenis-jenis perolehan yang berbeda dan bab keenam tentang perolehan dan kerugian dan macam wanita penghibur yang berbeda-beda.
Terakhir adalah bagian ketujuh yaitu tentang cara menarik hati orang lain untuk diri sendiri. Bagian ini terdiri hanya dari dua bab, bab pertama tentang dandanan pribadi; menundukkan hati orang lain dan obat kuat sedangkan pada bab kedua berisi tentang membangkitkan birahi dan cara memperbesar… ehem.. lingam, kumpulan percobaan dan resep-resepnya. Tapi kalo dibaca-baca, bahan bakunya sulit dicari loh, jadi batal deh nyobainnya (boong).
Teknik berhubungan badan hanyalah salah satu dari bagian Kama Sutra ini. Sebenarnya kitab Kama Sutra itu bukan hanya memuat “gaya” dan teknik berhubungan badan semata, tetapi sebenarnya memuat ilmu dan bahasan yang lebih luas dan kompleks. Tapi memang, tak dapat dipungkiri, bahasan mengenai hal-hal yang lain cukup meredup karena bahasan mengenai teknik dan gaya itu tampaknya yang paling membawa minat besar dan lebih tahan banting terhadap perubahan.
Data buku:
Judul : Kama Sutra dari Watsyayana
Alih Bahasa : I Wayan Maswinara
Penerbit : Paramita, Surabaya
Cetakan : Pertama 1997
Halaman : xii + 288 hal
Tambahan:
Untuk kamasutra dalam bentuk buku versi inggris dapat di lihat di sini: Kamasutra
Saya lagi baca Serat Chentini, katanya itu Kamasutra-nya orang jawa, ternyata isinya gile… ada bagian yang seronok banget…. Entar deh gue tulis.