Li Bek orang Koryo itu datang ke Cina Daratan, dia dengan segera mengacaukan ketentraman yang selama ini telah terjalin bertahun-tahun. Atas perintah Dumyo dia membunuh para ketua aliran hitam dan aliran putih juga gubernur ibukota yang merupakan orang kesayangan kaisar.
Sementara itu prampok Domyong dan muritnya, Yushin, mencoba mencuri golok pusaka milik partai Mudang. Saat mencoba mencuri itulah, perampok Domyong ini ternyata “di jual” oleh penjaga kedai yang juga sebagai penadah barang-barang curian. Lolos dari sergapan, sang perampok segera mendatangi penjaga kedai, nyawa tukang tadah tersebut ditukar dengan informasi mengenai kitab Amun, yang dikatakan ada pada orang Koryo bernama Li Bek itu. Kitab Amun ini, pada 70 tahun yang lalu membuat tetua aliran putih bersatu untuk mengalahkan Nuguksingun yang memiliki tenaga dalam kitab amun. Lalu kitab Amun ini sendiri hilang dari gua Palkwe Saolin 40 tahun yang lalu.
Maka bersama dengan pendekar-pendekar lain mulailah perampok Domyong dan Yushin, guru dan murit yang nyeleneh itu, mengejar kitab Amun dan kepala Li Bek. Terlebih ketika keluar pengumuman pemerintah jika kepala Li Bek dihargai 500.000 nyang, yang bisa buat orang hidup senang seumur hidup.
Salah satu pemburu hadiah itu adalah Pimu, si rambut tajam. Dalam satu kesempatan bertemulah mereka berempat, Pimu, Li Bek, Yushin dan Domyong. Nah di sini Pimu mengadu kekuatan dengan Li Bek, tapi pertarungan mereka belum selesai akibat dicampuri oleh segerombolan perampok. Meihat pertempuran inilah Yushin menjadi fans Pimu dan Li Bek. Karena Pimu dan Li Bek dianggapnya keren, kuat dan bersikap ksatria... Yushin sendiri selama ini hanya diajari keahlian kabur oleh gurunya, keahlian khusus untuk merampok…
Semakin ke depan sisi masa lalu tokoh semakin jelas. Li Bek ternyata adalah orang pelarian dari Koryo. Saat Li Bek yang saat itu adalah seorang prajurit hendak melarikan diri ketika terjadi pemberontakan di negeri Koryo, ketangguhannya dan kesetiaanya terhadap Jendralnya menarik perhatian Dumyo yang menyaksikan Li Bek terkepung pasukan pemberontak. Saat itulah untuk menyelamatkan jasad Jendralnya dia membuat perjanjian dengan Dumyo sang ketua aliran Kwimun, orang yang ditakuti dari aliran hitam. Perjanjian itu adalah Li Bek dipaksa mengabdi pada Dumyo dan mengikuti kemauan Dumyo.
Kembali ke masa kini, setelah beres dengan urusan perampok mereka menuju arah perjalanan masing-masing. Pertarungan Li Bek dan Pimu sendiri ditunda terlebih dahulu, karena mereka semua memiliki kepentingan mendesak. Tanpa disadari ternyata Li bek mengikuti Yushin dan Domyong. Dan dalam perjalanan mereka dihadang oleh ketua partai Sami. Menghadapai tetua partai Sami ini, kemampuan Yushin dan jatidirinya terungkap. Saat Li Bek dan Domyong terluka, munculah kekuatan Yushin. Yushin dapat menyelamatkan gurunya dan juga Li Bek, sayang gurunya menderita luka parah. Juga dalam pertarungan ini terungkap jati diri Yushin, ternyata di tubuh Yushin ada simbol yang menunjukkan ia adalah satu-satunya keturunan dari aliran Gwimun, yang habis dibantai oleh Dumyo. Jati diri ini diketahui oleh mata-mata Dumyo yang selalu mengikuti Li Bek. Dumyo pun menjadi berang setelah menyadari kenyataan ini, karena Yushin dianggap bisa menjadi ancaman utama demi ambisinya menguasai dunia persilatan, karena Yushin memiliki kemampuan khusus terpendam.
Cerita selanjutnya, Yushin demi kesembuhan gurunya yang terluka parah disarankan oleh tabib untuk meminta obat rumput siseon yang hanya ada di partai Mudang. Yushin, yang diremehkan di partai Mudang rela mengorbankan segala-galanya, bahkan nyawa untuk mendapatkan obat yang di simpan di perguruan Mudang itu. Saat mencari obat di partai mudang ini pulalah kesetiaan dan pengorban Yushin dipertaruhkan, karena dia mesti mengalami berbagai cobaan demi mendapatkan obat bagi kesembuhan sang guru. Cerita makin lama makin menarik, keadaan dunia persilatan juga semakin diperkeruh oleh keluarnya tokoh golongan putih yang mengincar Li Bek sekaligus ingin menentramkan kembali dunia persilatan, juga keluar tokoh baru yaitu Ibu Yushin yang ternyata selamat ketika melarikan diri saat pembantaian keluarga Yushin terjadi, perampok Domyong pun akhirnya diketahui identitas aslinya, dulunya dia pelayan setia keluarga Yushin, orang kepercayaan yang jenius. Akhirnya, Dumyo dengan kekuatannya yang maha dasyat, turun tangan sendiri untuk menghadapi Yushin, dia pun mulai memasuki Cina Daratan dan sudah menerobos pintu masuk partai Mudang…
Kalau dari segi gambar, komik ini khas Korea sih, nama-nama tokohnya juga nama Korea semua. “Tekstur” hampir sama dengan pada komik Ruler of The land, mungkin saja pengarangnya pernah kerjasama, jalan cerita pun walau tak bisa dibilang mirip, masih terasa ada pertautannya. Juga cover depannya, desainnya mantab. Lucu, apalagi pada seri kelima sekitar halaman pertengahan, ada adegan yang bisa buat ngakak. Tidak seperti komik lain, dalam komik ini kisah cinta antar tokoh masih belum jelas tapi sudah masuk sih dengan perhatian penerus Mudang, Nona Soryong kepada Yushin, tapi cintanya masih malu-malu kucing. Komik ini juga tergolong baru terbit di Indonesia, dan sejauh ini penilaian saya ialah: keren. Semoga pengarangnya bisa mempertahankan asyiknya komik ini…