Dalam tradisi kepenulisan Melayu, banyak sekali ditemui kata-kata bijak, hikmah atau ibarat yang bercorak sastra untuk menjelaskan suatu perkara.
Anwar Ibrahim pernah menceritakan, sewaktu masih berada di penjara di Malaysia pernah mencoba untuk mengalih bahasakan tafsir Al Azhar kedalam bahasa Inggris. Tetapi rencana ini tidak dapat terlaksana akibat sulitnya untuk mengalih bahasakan karya Hamka tersebut kedalam bahasa Inggris karena begitu kuatnya wahana kesusastraan melayu didalamnya.
Saya juga tertarik pada tulisan di komentar untuk novel Ayat Ayat Cinta, komentar pertama datang dari Prie GS, budayawam, penulis Sketsa Indonesia di FM Network, ia menulis “Hamka kecil telah lahir, Ayat Ayat cinta buktinya!”. Komentar ini sangatlah menarik, Habiburrahman, yang menulis ayat-ayat cinta yang demikian fenomenal itu disebutnya sebagai Hamka kecil, bagaimana dengan Hamka yang sesungguhnya? Tentu ia juga merupakan seorang Sastrawan yang mumpuni.
Dalam buku Falsafah Hidup yang ditulis oleh Hamka, yang notabane merupakan karya filsafat-agama, begitu banyak kata-kata ibarat, kiasan, pantun yang digunakannya, sehingga kekentalan rasa sastrasnya jelas dapat dicicipi dan tentu saja menjadi tulisan wacana berat tetapi tidak terasa hambar.
Beberapa kata kiasan dan pantun itu saya kumpulkan seperti di bawah ini:
Kalau kail panjang sejengkal, jangan laut hendak diduga
Artinya: Jangan melakukan sesuatu yang diluar batas kemampuan.
Encer otak
Artinya: Pandai/ cerdas.
Tertumbuk biduk dibelokkan, tertumbuk kata difikiri
Artinya: Manusia harus mengingat dimana dia pernah membuat kesalahan, sehingga tidak diulangi.
Tua renta, gatal mulut, tua nyinyir
Artinya: Orang tua yang hobi memberi nasehat, orang tua yang hobi menjaga gengsi dan kebesaran sehingga sering mengatur-atur kaum muda.
Kalau tidak ada sebab sesuatu yang penting, tidaklah perempuan itu akan suka mempertukarkan tepung yang telah halus dengan beras yang telah ditumbuk.
Kalau tidak berada-ada, tidak tempua bersarang rendah
Berjejak bak bakik, bersurih bak sipasin, berbau bak ambacang, tertangkap tangan, kecendrungan mata orang banyak
Artinya: Manusia melakukan sesuatu karena ada tujuan dan maksudnya. Bisa jadi menghindari bahaya atau mencari keuntungan, jadi apabila seseorang berbuat suatu yang tidak lazim, bila ia waras, maka itu pasti punya maksud tertentu.
Kusut di ujung tali, tiliklah ke pangkal tali
Artinya: Apabila bertemu dengan masalah, lihat pangkal awal penyebabnya untuk membuat keputusan guna menyelesaikannya.
Karena hanya jauhari jua yang mengenal manikan
Artinya: Jika hendak bicara atau bertindak mesti pandai membaca dan melihat situasi, perkataan dan tindakannya dibatasinya.
Sehari selembar benang, lama-lama menjadi sehelai kain
Artinya: Kesalahan-kesalahan kecil apabila dilakukan berulang-ulang akhirnya menjadi kesalahan besar pula.
Berpahit-pahit dahulu bermanis-manis kemudian
Artinya: Bekerja keras dan berusaha maksimal terlebih dahulu, pasti suatu saat akan mendapatkan hasil.
Siapa pandai meniti buih, selamat badan ke seberang
Artinya: Dalam mengarungi kehidupan manusia harus memperbanyak pengalaman, merenungi makna penderitaan, penuh keawasan dan kehati-hatian dalam bertindak, maka akan selamatlah hidupnya, penuh dengan martabat dan derajad mulia.
Katak hendak jadi lembu
Artinya: Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin dicapai.
Laksana kayu surian yang akan bertukar daun, jatuh juga daun-daun tua ke bawah, karena hendak berganti dengan yang baru
Artinya: Manusia pasti mati, hampir sama maknanya dengan “patah tumbuh hilang berganti”.
Laut ditimba lagi kering
Artinya: Laut pun kalau ditimba pasti bisa kering, apalagi dalam membelanjakan uang, pasti lebih mudah. (digunakan untuk menyindir orang agar jangan bersifat boros)
Kisah beralih hanya lagi, sungguh beralih di sana jua
Artinya: Nama zaman saja yang berubah, tetapi keborosan (kejelekannya) tetap sama saja, bahkan bisa jadi lebih jelek.
Kari di dalam
Artinya: Alim/ pandai hanya dalam hati saja, tapi tidak dikeluarkan.
Bertukar monyet dengan beruk
Artinya: Yang menggantikan tidak lebih baik daripada yang digantikan.
Dimana ada gula di situ ada semut
Artinya: Segala sesuatu hanya akan didekati bila memberikan manfaat, dan orang-orang akan menghindar apabila bertemu sesuatu yang hanya akan mencelakakan.
Hilang warna karena penyakit, hilang bangsa karena tak beremas
Artinya: Kesehatan menjadi perhiasan warna muka, dan emas menjadi perhiasan dalam pergaulan. Digunakan untuk menunjukkan aspek lahiriah saja pada suatu hal.
Asal sabut terapung, asal batu terbenam
Artinya: Dalam hidup pasti ada manusia yang memuji dan membenci, tetapi segala sesuatu akan kembali menemui kematian.
Hitam di atas putih
Artinya: tertulis/ tercatat.
Dagang bertepatan
Artinya: Segala sesuatu itu ada yang memiliki kecocokan satu sama lain, begitu pula dalam persahabatan, karena itu sebaiknya dicari sahabat yang cocok dalam pergaulan.
Ada pula beberapa pantun yang disertakannya dalam buku ini:
Mengapa payah berlayar jauh
Mencari mutiara di laut dalam
Sudahlah patut kapal bersauh
Bawalah menung di malam hening
Bilalah larut malam gulita
Bilalah sepi dunia keliling
Dengar suara di jiwa kita
Jelas terdengar meskipun hening
Makna terkandung: Dalam membaca semesta, kitab kecil (ringkasan/sari) adalah manusia itu sendiri. Kenal akan rahasia diri menyebabkan kita kenal akan rahasia alam. Begini indah dan cantiknya, mengapa hati kita akan selalu tertutup. Mengapa kita akan putus asa akan hidayah Tuhan.
Biarlah bumi berkalang kabut
Huru-hara meliputi alam
Aku tenang tidaklah ribut
Hati tetap, jiwaku tentram
Makna terkandung: Bikinlah jiwa itu laksana batu karang di ujung pulau, jadi empasan segala ombak gelombang. Ajari jiwa berjuang, menghadapi kesusahan, bencana dan balak, halangan dan rintangan, karena mesti demikianlah kerja kita dalam hidup. Semua dinanti, ditunggu dengan dada lebar dan tangan terbuka sehingga tidak terkejut jika datang yang lebih besar dan hebat. Sebesar-besarnya musuh yang datang dan bencana yang tiba, bentengnya telah ada, yaitu hati kita sendiri.
Bukit tinggi boleh didaki
Lurah dalam berkala-kala
Penat kaki boleh berhenti
Berat beban siapa membawa
Makna terkandung: Beban itu terletak di atas pundak seseorang, bukan di pundak yang lain. Karena itu manusia harus punya cita-cita. Umat yang kalah dan lemah, akan tegak kembali karena didorong cita-cita. Dia tidak akan berhenti berusaha sebelum tercapai cita-citanya. Umur umat bukan umur orang seorang. Sebab itu, jika jatuh kini, besok tentu akan tegak dan berjalan pula. Satu generasi habis, namun cita-cita disambung oleh generasi kemudian.
Putus tali layang-layang
Robek kertasnya tentang bingkai
Hidup yang usah mengepalang
Tidak kaya, berani pakai
Makna terkandung: Melakukan suatu perbuatan itu harus berani, jangan tanggung-tanggung dan harus sampai tuntas.
Setali pembeli kemenyan
Sekupang pembeli ketaya
Sekali lancung keujian
Seumur hidup orang tak percaya
Makna terkandung: Sekali kita jatuh maka payah kita akan tegak kembali, sebelum masyarakat menghukum kita pun harus menghukum diri sendiri, banyak-banyak membaca diri.
Tak usah kami diberi kain
Dipakai kain akan luntur
Tak usah kami diberi nasi
Dimakan nasi akan habis
Berilah kami hati yang suci,muka jernih
Budi baik dibawa mati…
Makna terkandung: Manusia harus pandai membalas jasa, pandai menarik hati dan menempatkan diri. Berikanlah kepada seseorang itu apa yang diharapkan dan diinginkannya, itulah salah satu cara untuk menarik hati.