06/02/2008

Ringkasan buku “Falsafah Hidup” Hamka (3)

Tulisan ini merupakan rangkaian dari tulisan-tulisan berikut ini:

Hamka: Falsafah Hidup
Ringkasan buku “Falsafah Hidup” Hamka (2)
Ringkasan buku “Falsafah Hidup” Hamka (3)

Keadilan
Didalam undang-undang dasar dunia keadilan mengandung tiga perkara, persamaan, kemerdekaan, kepemilikan. Persamaan adalah hak segala manusia, hak yang sama di dalam hidup dan hak yang sama di muka undang-undang. Kemerdekaan adalah semangat hidup manusia dan tonggak kejayaannya. Kepemilikan, undang-undang mengakui akan kemilikan seseorang di atas hartanya sendiri. Ketiga-tiga itulah yang dilingkung di dalam keadilan menurut kesimpulan teori ahli-ahli pemerintahan demokrasi. Berapa perkara lagi yang menjadi tiang demokrasi:

- Kemerdekaan menyatakan fikiran
Pintu kebebasan menyatakan fikiran itu terbuka luas dalam agama Islam, yaitu dengan kebebasan Ijtihad. Kemajuan Ilmu ushul fiqh, Ilmu fiqh, Ilmu tafsir, Ilmu tasauf, dan lain-lain dalam Islam adalah berpangkal dari terbukanya pintu Ijtihad. Ulama-ulama Islam yang besar, yang telah mendirikan empat madzab fiqih dalam Islam adalah bersumber dari kebebasan Ijtihad.
(Sebagai penjelas, perlu diketahui Hamka menyertakan hadis nabi, yang artinya dalam bahasa Indonesia: “Barang siapa yang berijtihad, lalu benar hasil ijtihadnya mendapatlah dia dua pahala. Dan barang siapa berijtihad, tetapi tidak tepat hasil ijtihadnya mendapat dia satu pahala.”)

- Kemerdekaan beragama
Dalam perjuangan hidup ummat manusia dalam beribu-ribu tahun itu, sudahlah terang bahwasanya pembangunan masyarakat suku sampai masyarakat negara tidaklah ada anasir lain yang membentuk suatu negara yang lebih mempengaruhi dari pada agama. Bahkan sampai pada negara modern inipun suatu negara tidak dapat berdiri kalau tidak berlatar belakang agama. Maka pemberian hak asasi manusia tentang kebebasan beragama adalah hal yang wajar dan logis sehingga tidak ada keputusan lain yang lebih benar dari itu.

- Kemerdekaan hak milik
Kemerdekaan hak milik terbagi dua, pertama kepemilikan orang atas harta benda yang lahir, kedua hak milik atas sesuatu yang berhubungan dengan kecerdasan akal (HAKI).
Harta milik yang lahir tidak boleh ada orang yang merampas dan menganiayanya. Bahkan tidak dirampas oleh pemerintah. Kalau pemerintah merasa perlu mempergunakannya untuk keperluan masyarakat, wajiblah pemerintah atau masyarakat mengganti kerugiannya.
Haki (Hak Cipta/ hak atas kekayaan intelektual) tidak boleh diambil atau “dijiplak”, plagiat oleh pihak lain kalau tidak seizin siempunya. Pemerintah wajib melindunginya. Pendapat-pendapat yang baru boleh di “paten”kan. Tidaklah adil bila buah tangan orang lain, syair atau karangan orang lain, kita salin saja lalu kita katakan kita yang empunya. Yang diizinkan adalah menyadur. Sebab tidak ada satu ilmu yang jadi pendapat tunggal seseorang.


Apa arti kemerdekaan? Kemerdekaan, ialah bahwa engkau rasai dengan perasan yang jernih, hak yang perlu engkau ketahui, dan waktu itu engkau rasai apa pula kewajiban engkau kepada orang lain. Engkau merdeka dan bebas mengembangkan sayap, menurutkan kemauan hati, untuk membuktikan engkau berhak. Engkau boleh mengatakan apa yang terasa di hatimu, asal engkau hormati pula kemerdekaan orang lain dan engkau bayarkan kewajiban yang diminta masyarakat kepada engkau.

Pribadi merdeka harus mempunyai beberapa alat untuk kesempurnaannya.
1.pendidikan budi
2.pendidikan akal
3.perlebaran lapangan perjuangan
4.partai politik
5.merdeka dari pengaruh harta
6.merdeka dari pengaruh perempuan

Persahabatan
Maksud dari persahabatan ialah untuk sama-sama memperluas tujuan hidup, memperdekat antara satu jiwa dengan jiwa yang lain, sehingga dapat didamaikan diantara perkara yang lain. Hendaknya diketahui bahwa bersahabat bukan dengan malaikat, tetapi dengan manusia. Tentu kesalahan akan ada pada sahabat itu. Kalau hendak mencari sahabat yang tidak ada salahnya, atau terus saja memutuskan persahabatan lantaran terdapat kesalahan, alamatnya tidak akan mendapatkan persahabatan.

Kita perlu mengeluh, kita pernah menderita. Tetapi penderitaan dan keluhan itu tidaklah kita suka diketahui oleh orang yang belum kita kenal, karena itu alamat kelemahan kita. Baru kita berani membuka ihwal kita, kalau kita pandang bahwa daripadanya kita akan memperoleh obat jiwa. Dan obat itu tidak akan didapat kalau tidak dari seorang teman yang ikhlas dan jujur. Dan hubungan tidak akan ada kalau tidak kenal satu sama lain, kenal yang sebenar-benarnya, kenal yang sedekat-dekatnya, suara hati sama, timbangan akal sama, sakit-sakit, senang-senang. Itulah sahabat.

Persahabatan lebih mahal daripada cinta. Karena persahabatan dapat kita nikmati diwaktu sulit dan susahnya. Pertolongan apakah yang dapat diberikan oleh perempuan yang kita cintai, kalau kita jatuh bangkrut, dan berhenti dari pekerjaan, atau menempuh suasana hidup yang sulit, sehingga dipikul, bahu rasakan runtuh, dijunjung kepala rasakan pecah… apakah yang dapat ditolongkan oleh perempuan yang kita cintai?

Kalau hanya semata-mata cinta, daerahnya terlalu sempit. Tetapi persahabatan mempunyai daerah lapangan yang amat luas, dalam mengharungi lautan kehidupan yang tiada tentu dimana tepinya ini. Beroleh kemenangan lantaran bertambah seorang sahabat, lebih mahal harganya dari beroleh kemenangan mendapatkan balasan cinta dari seorang perempuan. Sebab cinta kepada perempuan mesti ada latar belakang “kelamin”. Sedangkan persahabatan tidak!

Satu dari perangai perempuan, ialah tidak faham bahwa cinta adalah dalam lingkungan batin, dan persahabatan dalam lingkungan lahir. Dia tidak faham bahwa orang laki-laki, tidak dapat hidup menurut batinnya saja, tetapi dia lebih berhajat akan seorang teman di dalam kehidupannya di luaran, yang ada perhubungan pendapat, pertimbangan, akal dan fikiran, perjuangan dan lain-lain yang tidak dapat sedikitpun dicampuri oleh perempuan atau oleh cinta.

Kalau kekuasaan akal orang perempuan dapat menyerikati segala urusan dunia sebagai seorang sahabat, niscaya maulah laki-laki mengalah dan biarlah tidak ada sahabat di luar. Cukup istri atau tunangan saja. Padahal sudah nyata banyak yang memang dia tidak sanggup berdiri di dekat laki-laki menghadapinya. Sedang hidup laki-laki sudah nyata bukan untuk di rumah saja. Laki-laki adalah kepunyaan dunia, sebelum dia menjadi kepunyaan rumah. Janganlah seorang perempuan benci kepada sahabat suaminya. Jangan cemburu. Yang perlu ialah menolong suami. Memperkuat persahabatan itu dan mempersucinya. Karena seorang suami yang mempunyai sahabat setia, bukan sedikit faedahnya bagi keberuntungan rumah tangga. Dan cinta perempuan itu akan tetap menang. (Pada intinya Hamka ingin mengungkapkan bahwa seorang istri harus ikhlas jika suaminya memiliki seorang sahabat, karena ada dari sebagian istri yang cemburu terhadap suaminya lantaran adanya kesan “berbagi cinta/perasaan”, untuk melengkapi bagian ini, saya posting juga syarat-syarat teman setia oleh Hamka. Pen.)

Islam Sebagai Pembentuk Hidup
Tidak ada yang ingin rusak binasa, semua ingin selamat, ingin sehat. Tetapi supaya keinginan itu tercapai, dan tujuan perjalanan lurus, tidak terkencong, diadakanlah aturan yang mesti diingat dan diperhatikan oleh semua. Tempat kembali apabila terjadi perselisihan. Itulah dia syariat yang diturunkan Allah kepada bangsa manusia dengan perantara Nabi-Nabinya. Apabila orang tidak memenuhi syariat rusaklah akal budinya dan binasalah hidup yang sejati, yang menjadi tujuan hidup semata.

Syariat diturunkan kepada segenap Rasul dan Nabi, yang 25 namanya tertulis dalam Al-Quran, dan banyak lagi nabi-nabi dan rasul-rasul yang lain. Semua bertujuan satu, yaitu memperteguh hubungan diantara makhluk dengan khaliknya. Karena dari khalik juga kita semua datang, dengan izinNya kita mengecap hidup, sehingga kita kenal akan nikmatNya yang bermacam-macam, dan kepadaNya jua kita sekalian akan kembali. Meskipun syariat nabi-nabi itu berlainan kelihatannya pada kulit, menurut ukuran zaman dan bangsa yang didatangi, namun maksudnya hanya satu, yaitu kesucian manusia. Tidak ada satu perintah agama yang diturunkan dengan percuma, entah kalau ada tambah-tambahan manusia yang dicoba-coba memasukkannya ke dalamnya. Tetapi, bertambah lanjut akal manusia, bertambah dapatlah mereka menyisikan mana yang asli mana yang saduran.

Syariat itu adalah:
1.Disuruh kita mengerjakan sembahyang
2.Diperintahkan mengeluarkan zakat
3.Diturunkan perintah puasa
4.Syariat haji
5.Menyempurnakan seluruh ibadat itu dengan jihad
(Itulah diantara poin-poin yang di urutkan dengan angka oleh Hamka, kemudian dirangkaikannya lagi dengan beberapa ketentuan seperti diwajibkan dalam syariat Islam memenuhi janji nazar dengan Tuhan, ditentukan yang halal dan haram, dilarang mengerjakan zina, dilarang mempersyarikatkan dengan yang lain, disuruh bersyukur, disuruh hormat ibu-bapak, dititahkan sembahyang, dilarang menyakiti tetangga, dilarang mengingkari janji, dinyatakan beberapa penyakit lidah, dll, semua diterangkan secara panjang dan berisi oleh Hamka.)

Dalam bab ini juga disampaikan suatu kesimpulan:
Kesimpulannya sudah nyata. Yaitu Islam memulangkan kekuatan pada Allah belaka, yang esa di dalam kekuasaanNya. Itulah tauhid, yang mengakui Tuhan hanya satu, setelah itu memandang sama derajad manusia. Tidak ada lebih si anu atau si fulan, semua sama di sisi Tuhan; kelebihan orang seorang dari seorang hanyalah pada taqwanya, budinya dan kecerdasan akalnya. Bukan karena pangkat atau harta kekayaannya. Tangan si lemah dibimbing sehingga beroleh kekuatan. Diambil hak dari tangan yang kuat dan kuasa dan dipindahkan kepada yang lemah, sehingga tegaklah perimbangan.

Inilah hidup yang dikehendaki Islam. Inilah falsafah hidup yang kita kehendaki. Hidup yang seperti inilah yang dituntut dan dicari oleh ahli-ahli fikir yang insaf di dalam dunia sekarang, inilah kehendak: “hak-hak azazi manusia”.
Demikianlah kita menempuh hidup; lahir, berjuang dan akhirnya mati.
Sekarang kita tuliskan dan sekarang sudah dapat kita teropong, gelapkah yang ada dihadapan kita atau terangkah.

Betapapun jua namun harus kita percaya nahwa kebaikan juga yang menang. Sebab asal-usul kejahatan kita bukan jahat, hanya baik semata. Kalau kejahatan pernah menang, hanyalah lantaran dorongan nafsu. Bila nafsu telah reda, kebaikan jualah yang kita junjung.
Sebab itu marilah kita penuh percaya dan IMAN, dan baik sangka kepada TUHAN.
Itulah FALSAFAH HIDUP.


Dengan melihat berbagai tulisan di masa lampau maka, sungguh banyak sekali pemikir besar yang membicarakan hal-hal pokok yang luas dan begitu dalam. Banyak diantara tokoh memikirkan hidup itu sendiri, mereka berfilsafat dan mereka mencari apa yang terbaik buat dirinya dan tentu saja buat masyarakat dimana mereka berada.
Akhirnya, saya mengakhiri tulisan ini (ringkasan) dengan mengutip ujung dari pengantar “Falsafah Hidup” yang ditulis oleh Hamka di halaman pembuka bukunya:
‘Pepatah Yang terkenal: “Kalau kail panjang sejengkal, jangan laut hendak diduga”, tidak dapat dipakai di sini. Bahkan dengan kail yang panjang sejengkal saya bukan menduga laut, saya hanya memancing ikan yang ada di dalamnya. Sebab tiap-tiap orang yang memancing saya lihat –berkat yakin- membawa ikan juga pulang. Atau sebagai orang yang mencari lokan yang dihempaskan ombak ke tepi, dengan gembira, padahal masih banyak, dan tidak terhitung, lokan-lokan dan mutiara yang tersimpan di dasar laut. Lokan-lokan sampai ke pantai itulah baru yang diperebutkan manusia dari zaman-ke zaman’.

Data Buku:
Judul : Falsafah Hidup
Pengarang : Hamka
Penerbit : UD Penerbitan Umminda Jakarta
Cetakan : Tidak diketahui (dalam halaman persembahan tertulis: Medan,1940)
Buku : 326 hal