19/09/2010

KEPADA DIKO REYHAN ~ Kurnia Effendi

Butir salju mulai terseret pergi
Di tikungan fajar, telah menunggu sesosok musim
Yang dengan cekatan meminta daun-daun semi kembali
Itu sebabnya, sepanjang pagi
Keluarga burung pelatuk sibuk membangun rumah
Untuk menyimpan percik matahari
Di antara kulit kayu pohon-pohon yang bergembira
Sebenarnya, di sela suara tambur jantung
Samar kudengar ketukan di pintu rahim
"Tuhan, demikian santun cara-Mu mengirim anugerah
membuat kami semua berdebar
dan menanti tak sabar."
Itu sebabnya, sebagian airmata kusiapkan untuk cinta
Kepadamu, anakku
Bukankah engkau akan jadi kekasih semua orang?
Lihatlah airmata yang menggenang
Seperti leleh salju yang mulai terseret pergi
Dan kami selalu saja berdoa

Jakarta, Februari 2000


Puisi Oleh: Kurnia Effendi