(1)
Pernah ada hari ketika kita tak punya apa-apa selain cinta yang dituang ke dalam cangkir untuk diminum bersama, lalu tumpah ke mana-mana, dan kita tertawa menyadarinya Pernah ada hari ketika kita tak punya apa-apa selain selembar kertas untuk menuliskan seluruh perasaan, sampai berjuta huruf saling tindih dan menerbitkan ilusi yang tak terpikirkan sebelumnya.
Pernah ada hari :
kita demikian sibuk mencari alamat, sebuah ranjang dengan sprei yang masih menyimpan aroma tubuh kita, tergambar dalam peta penuh nama-nama Itulah anak-anak yang pernah dibayangkan lahir dari rahimmu, dan kelak mengelilingi kehidupan Pernah ada hari ketika kita mencari bulan yang tersesat di rimba gelap.
Karena ia satu-satunya saksi sewaktu kita mencicipi sepercik dosa. Di lidah masih terasa manisnya, terasa pedihnya
(2)
Pernah ada hari ketika Tuhan menjentikkan jari, dan kabut debu menyatu, menggumpal, membentuk batu galaksi, satu di antaranya bernama bumi.
Pernah ada hari ketika Tuhan mengusir kita dari sumber cahaya, dan mengembara berabad-abad dalam gelap Di mata masih terasa silaunya, terasa nanarnya
Jakarta 10-11 Maret 1998
Puisi Oleh: Kurnia Effendi