Siapa saja yang kebingungan dan kesulitan, Tuhan telah membisikkan sebuah teka-teki ke dalam telinganya,
Sehingga dia mungkin menjebaknya dalam dua kesangsian pikiran- ”Akan atau tidakkah kulaksanakan apa yang telah Dia ceritakan kepadaku?”
Dengan Takdir Tuhan salah satu dari kedua pilihan itu akan memiringkan pertimbangan, dan dia menyetujuinya.
Kalau pikiranmu tak terganggu, jangan kau sumbat pendengaran ruhanimu dengan kapas mentah.
Agar engkau dapat memahami teka-teki-Ny serta membaca tanda-tanda baik yang samar maupun yang jelas nyata.
Lalu turunlah wahyu pada pendengaranmu. Apakah wahyu itu? Sebuah suara yang tak tertangkap oleh tanggapan pancaindera.
Kata ”paksaan” (jabr) membuat diriku tak sabar demi Sang Cinta: hanya orang yang mencintailah yang tak terbelenggu oleh paksaan.
Inilah hubungan akrab dengan Tuhan, bukan paksaan: cahaya dari bulan, bukan sebongkah awan:
Atau, apabila ia paksaan, bukanlah paksaan biasa: ia bukanlah paksaan yang didesak oleh keinginan-diri, yang mendorong kita ke dosa.
Wahai anakku, hanya mereka yang mata-hatinya telah dibukakan oleh Tuhan-lah yang mengetahui arti paksaan yang sebenarnya.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. I, 1456