Kebenaranmu tersmbunyi dalam dusta, laksana rasa mentega dalam dadihnya.
Dustamu adalah tubuh yang fana ini; kebenaranmu adalah ruh Ilahiah.
Bertahun-tahun dadihlah yang tinggal dalam pandangan, sementara menteganya hilang bagai tak pernah ada,
Sampai Tuhan mengirim Utusan, seorang Hamba pilihan, untuk menggoncang dadih dalam tempayan-
Menggoncangkannya dengan metode dan ketrampilan, serta mengajariku bahwa diriku yang sebenarnya tersembunyi.
Dadih telah basi: jagalah, jangan biarkan ia mengalir sampai kau sadap mentega daripadanya.
Ubahlah ia secara terampil, sampai ia dapat mengungkapkan rahasianya.
Kefanaan tubuh adalah bukti keabadian ruh: berkeliarannya pemabuk yang bersuka-ria membuktikan adanya pembawa cawan.
Puisi Oleh: Jalaluddin Rumi, Mas. IV, 3030