Waktu: Tahun 1956.
Tempat: istana Quirinale; Roma, Italia.
Yang hadir: Bung Karno; Mayor Sugandhi (pangkat-nya persis aku sudah lupa mungkin mayor, mungkin Letkol.); Pak Tukimin; Pelayan Istana Quirinale yang diberi nama “Caruso” oleh Bapak; aku (Guntur Soekarno).
____________________________________________
Pada tahun 1956 Bapak selaku Presiden R.I. melakukan perjalanan muhibah ke beberapa negara Barat untuk mempererat hubungan antara negara-negara tadi dengan Republik Indonesia.
Negara-negara yang dikunjungi oleh Bapak waktu itu antara lain adalah:
• Amerika Serikat
• Kanada
• Jerman Barat
• Swiss
• Italia
• Dan lain-lain
Aku dan adikku Mega turut diajak serta oleh Bapak dalam perjalanan tadi, wah, rasanya gembira bukan main bisa ngelencer ke luar negeri!
Perjalanan muhibah ini dimaksudkan oleh Bapak untuk mengadakan pendekatan-pendekatan dan approach dengan negara-negara Barat terutama Amerika Serikat untuk mendapatkan support dan bantuan tanpa ikatan-ikatan politik dalam masalah pembangunan yang sedang dikerjakan oleh Pemerintah Indonesia saat itu.
Seperti kita ketahui ternyata hasilnya tidak sukses karena Negara-negara Barat tadi mengajukan syarat-syarat politik yang mengikat sehingga bantuan tadi ditolak tegas-tegas oleh Bapak.
Bahkan waktu di Washington sampai terjadi perang dingin dan ketegangan antara bapak dnegan sang “Five Star General” yaitu Eisen Hower yang saat itu menjabat Presiden A.S. Untung soalnya masih dapat diatasi dengan kepala dingin masing-masing pihak.
Dalam perjalanan muhibah ini kita juga mampir di negara kesenian yaitu Italia. Di situ kita menginap di Palazo Quirinale (istana Quirinale) Roma yang terkenal itu.
Istana ini bentuknya kuno sekali; arsitekturnya barangkali arsitektur zaman Reinessance baheula itu, yang bentuk ruang kamarnya segede-gede gudang dan dimana-mana dipenuhi oelh gorden-gorden yang menyeramkan. Aku pikir istana tadi mirip-mirip dengan rumahnya Count Dracula seperti yang kita lihat dalam film-film setan atau horror.
Di sana Bapak dilayani oleh seorang pelayan bangsa italia yang kebetulan punya suara bagus mirip suara tenornya the Great Caruso (Caruso= penyanyi tenor pujaan rakyat Italia0.
Namanya aku sudah lupa; karena jarang memanggilnya dengan menyebut namanya, tapi ia kita panggil dengan sebutan “Caruso” sesuai dengan nama julukan yang diberikan oleh Bapak kepadanya. Pak Caruso ini, selama kita berada di sana selalu ditanggap oleh Bapak. Artinya setiap ada kesempatan waktu yang senggang selalu diminta menyanyikan lagu-lagu rakyat Italia oleh Bapak. Misal saja waktu sarapan pagi; sehabis mandi sore atau sebelum/sesudah ke acara resmi kenegaraan dan lain sebagainya. Wah, kalau Pak Caruso sudah menyanyi, terutama lagu Ave Maria,... bukan main... suaranya mengalun setinggi langit memenuhi seluruh ruangan-ruangan Istana yang besarnya sebesar-besar gajah itu. Bahkan kadang-kadang Bapak dan Pak Caruso bernyanyi bersama mengalunkan lagu O sole Mio.
Yang mana kalau sudah sampai pada koda (bait penutup) dari lagu... uh suaranya menggeledek setinggi langit dan kedengaran dari ujung ke ujungnya istana!
Bayangkan saja Pak Caruso yang suara tenornya sudah selangit itu, ketambahan suaranya Bapak yang menggeledek seperti kalau sedang pidato di atas mimbar.
Kalau sudah begini maka yang namanya secret agent; pengawal pribadi: dari pemerintah Italia yang 24 jam non-stop bertugas di Istana itu semuanya geleng-geleng kepala!
Dan apa komentar mereka kepada rombongan muhibah??... Holly Smoke!!
Your President is also a Great Caruso.
Pada suatu hari ketika akan berangkat menghadiri suatu jamuan kenegaraan tiba-tiba perutku merasa mules dan ingin o-ok (o-ok istilah keluarga Bung Karno untuk “hajat besar”).
Biasa; perutku ini rupanya terlalu “patriotis” jadi kalau kemasukan makanan asing langsung berontak menolak... benar-benar runyem dah!
Aku pikir dari pada aku nati “ngebom” di saat berlangsungnya jamuan kenegaraan lebih baik sekarang saja aku buang; jadi buru-buru aku ngibrit kembali ke kamr tidur dan langsung ke W.C. (waktu itu aku dan seluruh rombongan sudah berada di beranda depan Istana menunggu Bapak, sambil bersiap-siap untuk berangkat).
Sesampainya di kamar........................
+ Hello.... Caruso!!... i want to o-ok. You understand?... hi.... hi!
v Aa... bambina... no... no... no...! (Pak Caruso ini lucunya tidak bisa ngomong Inggris apalagi Indonesia bener-bener blo’on jadinya. (Bambina = anak kecil, bahasa Italia).
+ O.... o.... k!.... like this.... (sambil aku menirukan posisi orang yang sedang buang hajat besar).
v Aaaaahhhh... (kepalanya Pak Caruso menggut-manggut tanda mengerti maksudku).
Setelah aku masuk ke kamar mandi yang ada closetnya, tiba-tiba dari arah depan Pak Caruso mendengar ada aba-aba tanda siap dari komandan kawal kehormatan Presiden Italia serta diiringi dengan sirine dan derum mesin sepeda motor pengawal tanda rombongan tamu negara akan berangkat.
Aku sendiri tidak mendengar suara-suara tadi karena berada di dalam kamar mandi dan juga karena sedang asyik “nongkrong” di closet (W.C.).
Mengetahui rombongan segera akan berangkat sedangkan aku masih ketinggalan di kamar mandi buru-buru Pak Caruso melesat ambil langkah seribu lari ke beranda depan istana untuk memberitahukan bahwa aku ketinggalan...
Sampai di beranda depan Istana, tanpa pikir panjang Pak Caruso langsung melompat ke muka mobil kepresidenan yang ditumpangi Bapak sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar...
v Stop...! stoop!!... monento... momento...!
Senor Presidente!!... Senor Presidente....
...Bambina!! ...bambina!!
(Stop! Tunggu sebentar!! Tuan Presiden, tuan Presiden!! Anak kecil!...).
@ ... Heh... Gandhi... itu Caruso kena apa?
v Bambinaaa... oh... bambinaaaa... bamb...!! (sambil mengetok-ngetok kaca mobil bapak yang kebetulan tertutup!).
@ Yes! ...yes! ...yo ... aku mengerti... bambina... my son!...
Gandhi... Guntur mana?? (Gandhi = may. Sugandhi ajudan Bapak; sekarang pangkatnya sudah may.jen!!).
- Barangkali di mobil belakang dengan Tukimin Pak!
(Tukimin = salah satu assisten ajudan Bapak).
@ Coba periksa!
- Siap... Pak!
- Min... Mas Tok mana? Bapak tanya!!
x Lho?... nggak ada di sini!!
Barangkali di mobilnya Dullah!! (Dullah = pelukis istana saat itu).
- Mas Dullah... mas Tok di sini??
* Lah... tidak ada!?!
- Lho... naik di mana ya???
* Barangkali di deretan mobil-mobil sebelah depan...
- Ndak... ada!!
- Min; cari Guntur lekas!!
Dia ini tanggung jawabmu; nanti Bapak marah lho!!
x Weeeeeeh... ada-ada saja...!!
Bikin orang repooooooot sajaaaaa!!
Buru-buru Pak tukimin turun dari mobil dan menyeret Pak Caruso jauh-jauh dari mobil Bapak
x Mana... Bambina... lha??
Mana... Bambina... Guntur...!?!
v bambina!!... Bambina!!...
x Iya... Bambina... manaaaaaa???!!
Uuuh... repot.... sama-sama... gagu!!
v Bambinaaaaa... (sambil pak Caruso menirukan gaya seorang yang sedang hajat besar!).
x Ooooooohhh!!... sedang beraaaak... bilang dooooong... dasar!!!
x Pak ajudan, lapor Bapak sana, Guntur masih ketinggalan – sedang beraaaak!
- Hah... ?!?!?!... !?!?
Setelah selesai acara jamuan aku diadili oleh Bapak di kamar, di depannya Pak Caruso...
@ ... Kau kebangetan Tok!...
Untung ada pak Caruso, kalau tidak bagaimana? Kau ini bikin malu saja; awas!! (sambil melotot)... Ini buat yang pertama kali dan yang terakhir kali... mengerti?!?!?!?...
+ ... (aku sudah nggak bisa ngomong apa-apa jadi Cuma ngangguk-ngangguk saja).
@ Mbok... kalau mau moddoolll jauh sebelum waktu berangkaattt!! Sudah sana... pergi!!!...
+ ... (dalam hati: Amiiinnnn...!).
Buru-buru aku berjingkrak ke luar kamar Bapak dan begitu aku tutup pintunya mengalunlah setinggi langit suara Bapak dan Pak Caruso melagukan... O Sole Mio!