Waktu: 1956.
Tempat: Salah satu hotel Internasional di A.S. (aku lupa namanya; kalau tidak salah Waldorf Astoria).
Yang hadir: Bung Karno; Overste Sugandhi (lupa-lupa inget, hadir tidaknya); agen-agen F.B.I; dan aku (Guntur Soekarno).
____________________________________________
Pada suatu hari dalam perjalanan muhibahnya ke Amerika Serikat tahun 1956, Bapak beserta rombongan menginap di sebuah hotel bertaraf internasional yang gedungnya bertingkat. Bapak menempati Presidential Suite dari hotel tersebut yang letaknya di tingkat atas (aku lupa persisnya, maklum kejadiannya 19 tahun yang lalu dan catatanku hanya dalam otak saja); aku menempati kamar di tingkat lebih rendah dari kamar Bapak tadi bersama-sama dengan Pak X.
Karena hotelnya bertingkat, maka di situ tersedia Elevator atau lift sebagai pengganti tangga untuk naik ke tingkat atas atau turun ke tingkat bawah. Elevatornya kalau aku tidak salah ingat ada 4 buah. Tiap elevatornya dilayani oleh seorang gadis sebagai operatornya. (rata-rata mereka yahud-yahud!).
Mereka ini kebanyakan terdiri dari gadis-gadis pelajar bahkan mahasiswa-mahasiswa yang bekerja di situ secara part-timer (sambilan). Seperti kita ketahui si Amerika banyak sekali pelajar-pelajar dan mahasiswa-mahasiswa yang belajar sambil bekerja sambilan misalnya menjadi sopir taxi; pelayan bar/restoran; penjaga toko; tukang sapu dan lain-lain. Cewe-cewe (gadis-gadis) operator tadi wajahnya memang lumayan-lumayan kalau nggak mau dibilang cantik dan ramah-ramah. Suatu malam, untuk membunuh waktu aku dan Pak X nongkrong menonton T.V. di kamar hotel karena kebetulan tidak ikut acara resmi Bapak dan rombongan. Karena kebetulan rokoknya habis maka pak X bermaksud turun ke Lobby hotel untuk cari rokok di sana.
+ Mas, pak X mau turun dulu ya!?!
- alah... jangan deh... saya kan jadi sendirian di sini.
+ Rokok pak X abis nih! Mulut asem rasanya...
- Udah deh nggak usah ngerokok... makan permen saja...
Itu di koper saya ada permen enak...
+ Aduh Mas turunnya sebentar saja kok... itu lho mau beli rokoknya di lobby bawah situ; pak X nggak ke mana-mana deh! Pokoknya janji, ndak lebih 10 menit!
- Betul lho! Nggak lebih 10 menit!!
Saya takut sendirian di sini!!
+ Iyaaa... iyaaa!! ... 10 meniiiiiittttt!!
Setelah Pak X pergi aku meneruskan nonton T.V.-nya sambil sebentar-sebentar menengok arloji tangan untuk melihat waktu.
10 menit kemudian ternyata pak X belum kembali.
15 menit kemudian ternyata masih belum juga kembali.
20 menit kemudian ternyata maasih belum nongol-nongol juga, akupun mulai gelisah sambil mendongkol.
Eh... 25 menit kemudian nggak muncul-muncul juga batang hidungnya...
Aku beri waktu 5 menit lagi!
Kalau belum nongol-nongol aku nekad, aku akan susul ke bawah walaupun sebenarnya aku takut! Maklum hotelnya segede gajah dan aku baru sekali itu ke luar negeri. (umurku waktu itu baru 11 tahun jalan 12, jadi masih bocah).
30 menit belum juga balik! ... bener-bener brengsek!
Buru-buru aku ganti pakaian dan setelah itu ke luar kamar menuju ke tempat elevator (lift)untuk nyusul pak X turun ke lobby.
Pada deretan angka-angka penunjuk yang menyala, aku lihat ada elevator yang sedang turun dari tingkat atas ke bawah, jadi buru-buru aku pencet tombol penyetop elevator agar elevatornya berhenti di tingkat aku menunggu.
Eeehhh... taunya elevator nyelonong terus ke bawah! Dalam hati aku umpat habis-habisan itu operator elevator yang seharusnya tahu bahwa ada orang yang memerlukan buat turun ke bawah.
Sesampainya di bawah kembali aku lihat pada angka-angka penunjuk yang menyala tadi tanda bahwa elevatornya naik lagi ke tingkat atas!!
Dari sana... eh... turun lagi ke bawah, akan tetapi non-stop; langsung ke tingkat dasar tanpa berhenti-berhenti acan di tingkat aku menunggu, walaupun yang namanya tombol penyetop sudah aku tekan-tekan terus menerus. Benar-benar luar biasa! Dan begitulah seterusnya sampai aku kecapean menekan tombol!
Saking dongkolnya penyetop aku biarkan tidak kutekan dan aku berdiri saja sambil berpangku tangan memperhatikan elevator tadi naik turun terus-terusan sampai akhirnya berhenti juga di tingkat aku menunggu.
Begitu pintu elevator terbuka keluarlah pak X tergopoh-gopoh dari dalamnya sambil mengusap-usap mukanya dengan sapu tangan.
+ Waaaachch... Mas! Ampir pak X matiiii!!
Gilaaa... liftnya macet!! Ndak bisa berhentiiii!!
- Ach pak X gimana sih... janji-janji 10 menit!
Mana?!?... saya sudah ampir sejam nungguinnya!!
+ Aduuuuuuhh Mas, abis gimana liftnya ndak mau disuruh berhenti... lihat tu muka pak X sampai pucet-pucet!
- Aaachchch... udah deh kita nonton T.V. aja lagi!
+ Oke!!!...
Sambil berjalan menuju ke kamar, pak X ngedumel sendirian...
+ ... aduh, untung masih selamat... heran, lift rusak macam begini kok ndak dibetulkan dulu... Bikin malu saja.
Ini namanya hotel taraf internasional!?!? ... hih... cis!! ... hampir aku mati kekurangan O2 di dalam lift!! Brengsek!!
Itu lagi operatornya cantik-cantik tapi bodo-bodo ndak tahu apa-apa soal teknik!!
Keesokan harinya waktu Bapak dan rombongan akan meninggalkan hotel tadi untuk meneruskan perjalanan muhibah ke kota lain, bapak; aku; para ajudan; pak X dan lain-lain rombongan turun dari kamar Bapak di tingkat atas pergi ke bawah untuk berangkat. Waktu Bapak hendak masuk ke dalam elevator di tingkat atas untuk ke bawah cepat-cepat aku cegah karena aku tahu elevator yang hendak dimasukinya itu adalah elevator yang rusak waktu digunakan pak X.
- Pak jangan pakai lift yang ini! Ini rusak!
v Oh... ya?? Masa??
- Iya! Waktu kemaren ini pak X macet di dalamnya nggak bisa berhenti!
v Eh... Miss... is this out of order? (Bapak tanya pada gadis operator elevator yang wajahnya cantik itu!)
Belum lagi sempat menjawab buru-buru pak X menjawab...
+ ...B... b... b... b... eetull... Pak! Liftnya kemarin... rusak, macet Pakk! (muka pak X jadi pucat pasi!).
- Tuh bener nggak pak! Aku kemarin nungguin sampai setengah jam.
Bapak melirik tajam ke arah pak X yang tunduk tersipu-sipu sambil Bapak tersenyum-senyum plus geleng-geleng kepala. (waktu itu aku tidak mengerti kenapa Bapak senyum-senyum sambil geleng-geleng kepala, maklum aku masih pupuk bawang, kalau sekarang terang ngertinya).
v Weeeehhh... ayo... kita pakai lift yang satunya...
Pak X, Lift yang ini kan ndak rusak toh??
+ ....y ...y ...ya ....Pak...
v Nggragaaaasss!! (rakus = bahasa Jawa)
+ ?!?!?!?!?!?!?!?!
CATATAN
Pak X (aku sebut pak X, soalnya kalau keluarganya baca artikel ini bisa jadi nggal enak! Maaf deh!);